digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Usaha Mikro peternakan pembesaran itik pedaging lokal memiliki keunggulan dibandingkan dengan ayam broiler dan ayam kampung, diantarannya adalah kemudahan budidaya, tahan penyakit, risiko kematian rendah, kecepatan tumbuh tinggi, harga bibit yang murah, dan nilai jual produk panen yang tinggi. Namun, terdapat kendala dalam hal ketergantungan pada pakan komersial (PK) yang mempunyai harga tinggi dan potensial berdampak buruk terhadap lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pakan alternatif berbasis alami terhadap performa pertumbuhan itik dan dampaknya terhadap lingkungan. Pakan alternatif yang dikaji adalah dedak (DK), hydroponic maize fodder (HMF), dan larva Black Soldier Fly (BSF). Hasil kajian berikutnya adalah tersusunnya model UMKM terbaik. Pengujian performa pertumbuhan dilakukan terhadap itik pedaging lokal berumur 21 hari hingga umur 42 hari. Perlakuan yang digunakan adalah Perlakuan A (PK+DK), Perlakuan B (PK+DK+HMF), Perlakuan C (PK+DK +BSF), Perlakuan D (PK+HMF+BSF), Perlakuan E (HMF+BSF), dan Perlakuan F (PK+DK+HMF+ BSF). Parameter yang diukur adalah pertambahan bobot harian, bobot akhir, dan FCR. Uji hasil perlakuan terbaik menggunakan metode statistika ANOVA. Analisis dampak lingkungan pada setiap setiap perlakuan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Parameter dampak lingkungan yang diukur adalah Global Warming Potential (GWP) dan Photochemical Ozone Creation Potential (POCP). Analisis kelayakan usaha mikro dikaji berdasarkan parameter NPV, BC Ratio, IRR, dan ROI. Hasil uji ANOVA menunjukkan pertambahan bobot harian, bobot akhir, serta FCR tidak berbeda signifikan (P > 0.05) dimana perlakuan C menjadi perlakuan terbaik dengan nilai pertumbuhan bobot harian paling tinggi sebesar 1097.5 gram, rata-rata bobot akhir paling tinggi sebesar 1275 gram, serta FCR paling rendah sebesar 3.29. Hasil analisis LCA menunjukkan Perlakuan A memberikan dampak lingkungan paling tinggi dengan nilai GWP sebesar 2.51 kg CO2/unit fungsional, POCP sebesar 5.34 x 10-7 kg CH4/kg unit fungsional, dan biaya dampak lingkungan sebesar Rp. 4.638. Sedangkan Perlakuan E memberikan dampak lingkungan paling rendah dengan nilai GWP sebesar 1,28 kg CO2/unit fungsional, POCP sebesar 3,22 x 10-7 kg C2H6/kg unit fungsional, dan biaya dampak lingkungan sebesar Rp. 2.427. Analisis kelayakan usaha mikro pembesaran itik pedaging lokal dilakukan berdasarkan penggunaan pakan dengan dampak lingkungan paling rendah, yaitu pakan perlakuan E. Hasil analisis kelayakan usaha mikro menunjukkan pembesaran itik pedaging lokal layak dijalankan dengan nilai NPV (rate 10%) sebesar Rp. 3.710.085, PP selama kurang dari 2 tahun, BC Ratio 2.63, IRR sebesar 73.23%, dan ROI sebesar 7.76%. Perlakuan pakan terbaik memberikan dampak lingkungan udara yang tinggi, perlu kajian lebih lanjut bagaimana dampak lingkungan terhadap faktor lingkungan lain dan bagaimana solusi untuk mengendalikan tersebut.