Usaha Mikro peternakan pembesaran itik pedaging lokal memiliki keunggulan dibandingkan
dengan ayam broiler dan ayam kampung, diantarannya adalah kemudahan budidaya, tahan
penyakit, risiko kematian rendah, kecepatan tumbuh tinggi, harga bibit yang murah, dan nilai jual
produk panen yang tinggi. Namun, terdapat kendala dalam hal ketergantungan pada pakan
komersial (PK) yang mempunyai harga tinggi dan potensial berdampak buruk terhadap
lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pakan alternatif berbasis alami terhadap
performa pertumbuhan itik dan dampaknya terhadap lingkungan. Pakan alternatif yang dikaji
adalah dedak (DK), hydroponic maize fodder (HMF), dan larva Black Soldier Fly (BSF). Hasil
kajian berikutnya adalah tersusunnya model UMKM terbaik. Pengujian performa pertumbuhan
dilakukan terhadap itik pedaging lokal berumur 21 hari hingga umur 42 hari. Perlakuan yang
digunakan adalah Perlakuan A (PK+DK), Perlakuan B (PK+DK+HMF), Perlakuan C (PK+DK
+BSF), Perlakuan D (PK+HMF+BSF), Perlakuan E (HMF+BSF), dan Perlakuan F
(PK+DK+HMF+ BSF). Parameter yang diukur adalah pertambahan bobot harian, bobot akhir, dan
FCR. Uji hasil perlakuan terbaik menggunakan metode statistika ANOVA. Analisis dampak
lingkungan pada setiap setiap perlakuan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA).
Parameter dampak lingkungan yang diukur adalah Global Warming Potential (GWP) dan
Photochemical Ozone Creation Potential (POCP). Analisis kelayakan usaha mikro dikaji
berdasarkan parameter NPV, BC Ratio, IRR, dan ROI. Hasil uji ANOVA menunjukkan
pertambahan bobot harian, bobot akhir, serta FCR tidak berbeda signifikan (P > 0.05) dimana
perlakuan C menjadi perlakuan terbaik dengan nilai pertumbuhan bobot harian paling tinggi
sebesar 1097.5 gram, rata-rata bobot akhir paling tinggi sebesar 1275 gram, serta FCR paling
rendah sebesar 3.29. Hasil analisis LCA menunjukkan Perlakuan A memberikan dampak
lingkungan paling tinggi dengan nilai GWP sebesar 2.51 kg CO2/unit fungsional, POCP sebesar
5.34 x 10-7 kg CH4/kg unit fungsional, dan biaya dampak lingkungan sebesar Rp. 4.638. Sedangkan
Perlakuan E memberikan dampak lingkungan paling rendah dengan nilai GWP sebesar 1,28 kg
CO2/unit fungsional, POCP sebesar 3,22 x 10-7 kg C2H6/kg unit fungsional, dan biaya dampak
lingkungan sebesar Rp. 2.427. Analisis kelayakan usaha mikro pembesaran itik pedaging lokal
dilakukan berdasarkan penggunaan pakan dengan dampak lingkungan paling rendah, yaitu pakan
perlakuan E. Hasil analisis kelayakan usaha mikro menunjukkan pembesaran itik pedaging lokal
layak dijalankan dengan nilai NPV (rate 10%) sebesar Rp. 3.710.085, PP selama kurang dari 2
tahun, BC Ratio 2.63, IRR sebesar 73.23%, dan ROI sebesar 7.76%. Perlakuan pakan terbaik
memberikan dampak lingkungan udara yang tinggi, perlu kajian lebih lanjut bagaimana dampak
lingkungan terhadap faktor lingkungan lain dan bagaimana solusi untuk mengendalikan tersebut.