digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penyakit kardiovaskular masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, khususnya di negara berkembang seperti di Indonesia. Oleh karena itu penelitan mengenai hipertensi akan terus berkembang khususnya di Indonesia. Di sisi lain Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar dan saat ini sudah ada beberapa obat tradisional yang digunakan sebagai antihipertensi dan diharuskan untuk dikembangkan manjadi fitofarmaka (Permenkes No. 760, 1992). Oleh sebab itu penelitan mengenai hipertensi dan obat antihipertensi dari bahan alam akan terus berkembang di Indonesia. Dalam penelitan tersebut digunakan hewan uji dan diperlukan instrumen untuk menentukan parameter penting seperti frekuensi detak jantung dan tekanan darah secara noninvasif. Cukup disayangkan bahwa di Indonesia, instrumen yang tersedia sangat terbatas sehingga dituntut untuk menemukan suatu alternatif yang dapat menggantikan instrumen tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk mengupayakan pembuatan instrumen sederhana sebagai alternatif dari alat yang sudah ada untuk mengukur frekuensi detak jantung dan tekanan darah pada hewan uji, khususnya tikus. Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen sensor fotoelektrik dan sfigmomanometer dengan metode tail cuff. Sensor fotoelektrik dikembangkan dari sensor yang digunakan pada jari manusia. Ukuran manset dimodifikasi agar cocok untuk ekor tikus. Dilakukan pengukuran detak jantung dan tekanan darah pada tikus Sprague-Dawley jantan (n=20) yang kemudian dibandingkan dengan alat yang sudah ada yaitu NIBP System ADInstrument®. Kemudian ditentukan nilai R 2 untuk mengetahui hubungan antara keduanya. Untuk akuisisi data digunakan NI USB 6008® dan LabVIEW®2011 Service Pack 1. Sinyal detakan pembuluh darah pada ekor berhasil diperoleh walaupun sulit dibedakan dengan noise. Dari hasil pengukuran frekuensi detak jantung diperoleh hubungan antara instrumen fotoelektrik dan NIBP System ADInstrument® dengan nilai R 2 = 0,6652. Sedangkan tekanan darah tidak dapat ditentukan karena sinyal detakan pembuluh darah ekor sulit dibedakan dengan noise. Namun sinyal yang baik dapat diperoleh ketika diuji coba pada jari manusia. Instrumen sederhana belum berhasil dibuat, namun dengan metode tail cuff, instrumen sensor fotoelektrik berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut lagi menjadi instrumen sederhana pengukur tekanan darah noninvasif pada tikus melalui ekor.