Pengawet yang digunakan saat ini sering menimbulkan reaksi alergi dan bahaya lain pada
penggunanya. Propil paraben merupakah salah satu pengawet yang sering digunakan pada
kosmetik. Sayangnya, terdapat klaim bahwa paraben dapat memicu pertumbuhan kanker yang
terkait dengan hormon estrogen. Oleh karena itu pencarian alternatif pengawet pada kosmetik
terus dilakukan. Salah satu solusinya dengan menggunakan ekstrak tanaman yang memiliki
aktivitas antimikroba yang baik dan luas. Buah delima (Punica granatum L.) telah digunakan dalam
pengobatan tradisional sebagai anti cacing dan anti parasit dan diteliti memiliki aktivitas
antimikroba. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas antimikroba dan efektivitas
pengawet dari tiga varietas kulit buah delima yaitu delima merah, putih, dan hitam yang diuji
terhadap ekstrak etanol, fraksi air, fraksi etil asetat, dan fraksi n-heksana. Uji pendahuluan
aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi cakram pada ekstrak, kemudian ditentukan
KHM menggunakan mikrodilusi pada 96-microwell plate, kemudian MBC ditentukan. Sampel
simulasi yang digunakan dalam uji efektifitas pengawet berupa krim dengan fasa minyak dalam
air. Uji efektivitas pengawet dilakukan dengan mengukur jumlah koloni dengan serial
pengenceran menggunakan NaCl fisiologis. Hasil menunjukkan bahwa meskipun tidak ada
perbedaan aktivitas yang signifikan diantara ketiga kultivar, namun delima hitam memiliki
aktivitas paling baik. Aktivitas antimikroba yang dimiliki oleh ekstrak kulit delima dengan
mikrodilusi menunjukkan KHM paling baik dari ketiga kultivar adalah ekstrak delima hitam dan
merah terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa. Fraksi
yang paling aktif adalah fraksi etil asetat delima merah dan delima hitam terhadap Staphylococcus
aureus. Uji efektivitas pengawet dilakukan terhadap krim simulasi dengan ekstrak delima hitam
0,5%;1%;2%. Ekstrak delima hitam 2% dapat menjadi bahan alternatif pengawet pada kosmetik.