digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sejak awal kemerdekaan, hak asasi rakyat Indonesia untuk mengenyam pendidikan telah menjadi komitmen para pendiri negara Indonesia. Kepedulian pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang lebih berkualitas diawali dengan program pendidikan yang berkualitas. Salah satu kebijakan tersebut adalah adanya program wajib belajar di jalur formal dilakukan minimal 9 tahun. Pembelajaran wajib diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, jumlah Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung lebih sedikit daripada sekolah dasar. Terbatasnya kuota sekolah negeri di Bandung juga mengharuskan sebagian siswanya melanjutkan ke sekolah swasta. Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan perencanaan investasi untuk pembangunan SMP di Bandung. Analisis dimulai dengan mengidentifikasi analisis eksternal dan internal Bandung Islamic School (BISc). Setelah itu penulis melakukan analisa investasi untuk pembukaan SMP BISc. Untuk mendukung analisis tersebut, penulis mengumpulkan data sekunder dari laporan keuangan BISc dan wawancara dengan pemilik dan direktur BISc, kemudian ditawarkan dua alternatif tentang analisis studi kelayakan antara sewa gedung atau bagi hasil. Untuk mengevaluasi kelayakan, penulis juga melakukan analisis manajemen risiko. Pada langkah terakhir, penulis akan memilih dan menjelaskan kesimpulan serta membuat rencana implementasi. Menurut analisis modal kerja, dari indikator pertama yaitu alternatif jangka waktu pengembalian modal, bagi hasil menunjukkan pengembalian modal dalam waktu 4,5 tahun. Lebih cepat satu tahun dibandingkan dengan alternatif sewa. Indikator kedua adalah nilai bersih sekarang (NPV). Pada indikator ini, alternatif bagi hasil memberikan angka yang lebih baik atau dalam hal ini lebih signifikan yaitu Rp11.089.967.103,50 sedangkan untuk alternatif sewa hanya Rp9.154.671.162,00. Untuk indikator ketiga, indeks profitabilitas (PI), alternatif bagi hasil memberikan imbal hasil 9,09 dan alternatif sewa 5,03. Indikator terakhir adalah Tingkat Pengembalian Modal Internal (IRR). Untuk IRR, alternatif bagi hasil yang dihasilkan sebesar 26,73% lebih besar 8,06% dari alternatif sewa, yakni sebesar 17,06%. Secara keseluruhan, dari hasil analisis investasi, alternatif bagi hasil lebih baik daripada alternatif sewa.