Sejak awal kemerdekaan, hak asasi rakyat Indonesia untuk mengenyam pendidikan telah
menjadi komitmen para pendiri negara Indonesia. Kepedulian pemerintah untuk mewujudkan
pendidikan yang lebih berkualitas diawali dengan program pendidikan yang berkualitas. Salah
satu kebijakan tersebut adalah adanya program wajib belajar di jalur formal dilakukan minimal
9 tahun. Pembelajaran wajib diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, pendidikan
nonformal, dan pendidikan informal.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah, jumlah Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung
lebih sedikit daripada sekolah dasar. Terbatasnya kuota sekolah negeri di Bandung juga
mengharuskan sebagian siswanya melanjutkan ke sekolah swasta. Berdasarkan keadaan
tersebut, maka diperlukan perencanaan investasi untuk pembangunan SMP di Bandung.
Analisis dimulai dengan mengidentifikasi analisis eksternal dan internal Bandung Islamic
School (BISc). Setelah itu penulis melakukan analisa investasi untuk pembukaan SMP BISc.
Untuk mendukung analisis tersebut, penulis mengumpulkan data sekunder dari laporan
keuangan BISc dan wawancara dengan pemilik dan direktur BISc, kemudian ditawarkan dua
alternatif tentang analisis studi kelayakan antara sewa gedung atau bagi hasil. Untuk
mengevaluasi kelayakan, penulis juga melakukan analisis manajemen risiko. Pada langkah
terakhir, penulis akan memilih dan menjelaskan kesimpulan serta membuat rencana
implementasi.
Menurut analisis modal kerja, dari indikator pertama yaitu alternatif jangka waktu
pengembalian modal, bagi hasil menunjukkan pengembalian modal dalam waktu 4,5 tahun.
Lebih cepat satu tahun dibandingkan dengan alternatif sewa. Indikator kedua adalah nilai bersih
sekarang (NPV). Pada indikator ini, alternatif bagi hasil memberikan angka yang lebih baik
atau dalam hal ini lebih signifikan yaitu Rp11.089.967.103,50 sedangkan untuk alternatif sewa
hanya Rp9.154.671.162,00. Untuk indikator ketiga, indeks profitabilitas (PI), alternatif bagi
hasil memberikan imbal hasil 9,09 dan alternatif sewa 5,03. Indikator terakhir adalah Tingkat
Pengembalian Modal Internal (IRR). Untuk IRR, alternatif bagi hasil yang dihasilkan sebesar
26,73% lebih besar 8,06% dari alternatif sewa, yakni sebesar 17,06%. Secara keseluruhan, dari
hasil analisis investasi, alternatif bagi hasil lebih baik daripada alternatif sewa.