BAB 1 Yusef Pany
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Yusef Pany
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Yusef Pany
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Yusef Pany
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Yusef Pany
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Yusef Pany
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 7 Yusef Pany
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Yusef Pany
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat diprediksi meningkat menjadi
6.2% hingga tahun 2026 dan berpengaruh pada kebutuhan listrik. Pembangkit
listrik di Kalimantan Barat didominasi bahan bakar minyak. Untuk memenuhi
kebutuhan listrik, PLN mengimpor listrik dari Serawak, Malaysia sejak tahun 2016
hingga 2020. Untuk mengurangi tingkat ketergantungan impor listrik dan
mengurangi biaya pokok pembangkit listrik bahan bakar minyak, maka sesuai
dokumen RUPTL 2017-2026, akan dibangun pembangkit listrik bahan bakar
batubara, salah satunya adalah PLTU Kalbar-2 dengan kapasitas 2x100 MW.
Sampai saat ini sumberdaya batubara di Provinsi Kalimantan Barat masih dalam
klasifikasi sumberdaya terukur, dan belum ada rencana untuk melakukan kegiatan
eksploitasi. Maka dari itu perlu dilakukan optimasi pasokan batubara dari Provinsi
Kalimantan Selatan dan Pulau Sumatera untuk memperoleh kebutuhan batubara
dengan biaya pengadaan batubara yang paling minimum. Selain itu juga untuk
memenuhi pasokan batubara yang berkelanjutan, diperlukan penjadwalan untuk
memasok batubara ke PLTU Kalbar-2 menggunakan metode program linier.
Dalam penelitian ini, terdapat 62 jenis batubara yang berasal dari 25 perusahaan di
Kalimantan Selatan dan Pulau Sumatera yang akan dipilih untuk dipasok ke PLTU
Kalbar-2. Optimasi dilakukan berdasarkan dua skenario yaitu proses blending
sebagai skenario pertama dan tanpa proses blending sebagai skenario dua. Pada
skenario pertama menghasilkan kualitas batubara yaitu nilai kalori 3,440 kkal/kg
GAR, total moisture 40.88% ar, total Sulfur 0.33% ar, dan abu 7.13% ar dengan
total kebutuhan batubara 28,152,240 ton dan total biaya pengadaan batubara US$
645,606,660. Sedangkan skenario kedua menghasilkan optimasi kualitas batubara
yaitu nilai kalori 5,300 kkal/kg GAR, total moisture 35.00% ar, total Sulfur 0.75%
ar, dan abu 8% ar dengan total kebutuhan batubara 18,284,504 ton dan total biaya
pengadaan batubara US$ 1,083,174,064.