BAB 1 MUHAMMAD HAFIDAVI FAHREZY
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
BAB 2 MUHAMMAD HAFIDAVI FAHREZY
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
BAB 3 MUHAMMAD HAFIDAVI FAHREZY
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
BAB 4 MUHAMMAD HAFIDAVI FAHREZY
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
BAB 5 MUHAMMAD HAFIDAVI FAHREZY
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
PUSTAKA MUHAMMAD HAFIDAVI FAHREZY
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
Nanopartikel emas memiliki sifat yang unik dan berbeda dengan sifat emas pada
ukuran bulk nya. Sehingga, nanopartikel emas banyak diaplikasikan di berbagai
bidang, khususnya di bidang medis. Belakangan ini penelitian terkait dengan
nanopartikel emas banyak dilakukan. Nanopartikel emas dapat disintesis dengan
metode fisika-kimia. Namun pada prosesnya metode tersebut masih menggunakan
senyawa kimia/radiasi yang berbahaya, beracun dan tidak ramah lingkungan.
Sehingga diperlukan metode yang ramah lingkungan, simple, cepat dan ekonomis.
Belakangan ini metode biosintesis nanopartikel mendapatkan banyak perhatian di
dunia karena metode biosintesis merupakan metode yang ramah lingkungan
karena dalam proses sintesisnya tidak digunakan senyawa beracun atau dihasilkan
radiasi yang berbahaya. Selain itu, metode biosintesis memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya metodenya simple, ekonomis/murah, proses sintesisnya
cepat (dalam hitungan menit), dapat di scaled-up, dapat menghasilkan
nanopartikel emas dalam jumlah yang besar dengan ukuran dan morfologi yang
baik/well-defined dan bebas dari kontaminasi, dan nanopartikel yang dihasilkan
bersifat biocompatible. Mengingat nanopartikel emas banyak diaplikasikan di
bidang medis, sifat biocompatible merupakan syarat utamanya. Beberapa
penelitian di dunia menunjukkan keberhasilan material tanaman/ekstrak tanaman
dalam menyintesis nanopartikel emas. Oleh karena itu pada penelitian kali ini
akan dilakukan penelitian biosintesis nanopartikel emas dengan menggunakan
ekstrak tanaman-tanaman tropis, seperti daun puring, kapulaga, hanjuang,
walisongo, kula, dan daging buah matoa yang belum pernah diteliti sebelumnya.
Serangkaian percobaan diawali dengan menyiapkan larutan prekursor emas
dengan melarutkan emas ke dalam aqua regia dan menyiapkan larutan ekstrak
setiap jenis tanaman. Percobaan biosintesis dilakukan dengan cara memasukkan
larutan ekstrak tanaman ke dalam larutan prekursor emas pada temperatur 80?C.
Terjadi perubahan warna larutan biosintesis (dalam hitungan menit) yang
mengindikasikan adanya nanopartikel emas yang terbentuk di dalam larutan.
Percobaan biosintesis dioptimasi dengan memvariasikan jumlah larutan esktrak,
waktu sintesis, dan konsentrasi larutan prekursor. Larutan hasil biosintesis
dikarakterisasi menggunakan UV-Vis dan TEM dan nanopartikel emas yang
didapat dikarakterisasi menggunakan FTIR.
Pada penelitian kali ini didapatkan parameter jumlah larutan ekstrak, waktu
sintesis, dan konsentrasi prekursor optimal untuk masing-masing ekstrak tanaman
dalam menyintesis nanopartikel emas. Hasil karakterisasi TEM menunjukkan
nanopartikel emas berhasil disintesis untuk setiap jenis ekstrak tanaman.