COVER Fadhilah Vasya Rahmani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Fadhilah Vasya Rahmani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Fadhilah Vasya Rahmani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Fadhilah Vasya Rahmani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Fadhilah Vasya Rahmani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Fadhilah Vasya Rahmani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Fadhilah Vasya Rahmani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Korosi merupakan reaksi redoks antara permukaan logam dengan lingkungan
sekitarnya. Salah satu jenis korosi adalah biokorosi, yaitu korosi yang diinduksi
oleh mikroba. Biokorosi aerobik dapat disebabkan oleh beberapa komunitas
bakteri, seperti bakteri pengoksidasi besi (IOB), bakteri pengoksidasi sulfur
(SOB), bakteri produsen asam (APB), dan bakteri pembentuk EPS. PLTA Waduk
Cirata merupakan salah satu pembangkit listrik yang berpotensi mengalami
kerugian besar akibat biokorosi. Penelitian skala lapangan sebelumnya
membuktikan bakteri aerobik Waduk Cirata kedalaman 0,5 m mampu
menyebabkan korosi 1,39 kali lipat lebih cepat dibandingkan kedalaman 10 m.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju korosi dan peran
komunitas bakteri aerobik di Waduk Cirata pada kedalaman 0,5 m dan 10 m
dalam menyebabkan korosi pada baja karbon ST37 pada skala laboratorium
selama 30 hari dengan pengambilan data setiap 2 hari sekali. Air medium dan
sumber inokulum berasal dari air waduk kedalaman 0,5 m dan 10 m. Analisis
yang dilakukan meliputi biofilm dan produk korosi pada baja karbon ST37, berat
biofilm, berat produk korosi, laju korosi, pH, konsentrasi ion HS-, serta total
bakteri planktonik dan biofilm dengan metode Total Plate Count (TPC) pada
medium R2A Agar. Visualisasi biofilm dan produk korosi pada perlakuan 0,5 m
dan 10 m menunjukkan bahwa biofilm dari kedua kedalaman mengindikasikan
adanya senyawa Fe3+ dalam biofilm yang merupakan produk metabolisme IOB
dengan biofilm dari sampel kedalaman 0,5 m teramati lebih tebal dibandingkan
dengan 10 m. Selain itu, terdapat pula produk korosi pada baja dari sampel 0,5 m
dengan warna kehitaman, yang diduga merupakan FeS hasil reaksi metabolit
sulfate-reducing bacteria (SRB) dengan besi. Rata-rata laju korosi dari sampel
medium 0,5 m dan 10 m mengalami penurunan terhadap waktu, dengan laju
tertinggi terjadi pada hari ke-2 inkubasi, yaitu 5,66 mm/tahun untuk 0,5 m dan
5,30 mm/tahun untuk 10 m. Laju korosi ini termasuk dalam golongan Potensi
Korosi Sangat Tinggi berdasarkan standar National Association of Corrosion
Engineering. Kelimpahan total bakteri aerobik planktonik dan biofilm pada
sampel kedalaman 0,5 m dan 10 m tidak berbeda signifikan namun akumulasi
biofilm pada sampel 0,5 m terjadi lebih cepat dibandingkan dengan 10 m.
Konsentrasi HS- tertinggi pada medium sampel 0,5 m terjadi pada hari ke-4
inkubasi dengan konsentrasi sebesar 0,025 mM, sedangkan pada 10 m terjadi pada
hari ke-0 sebesar 0,019 mM. Hasil ini menunjukkan adanya peran SRB yang lebih
tinggi. Penurunan pH paling tinggi terjadi dalam sampel 0,5 m yang menunjukkan
bahwa keberadaan APB di kedalaman 0,5 m lebih tinggi dibandingkan di 10 m.
Penurunan pH tertinggi dalam sampel 0,5 m terjadi pada hari ke-26 inkubasi dan
dalam 10 m pada hari ke-14. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah laju
korosi oleh bakteri aerobik air Waduk Cirata kedalaman 0,5 m dan 10 m masuk ke
dalam kategori Potensi Korosi Sangat Tinggi. Komunitas bakteri aerobik kedalaman 0,5 m yang berperan dalam pembentukan korosi diawali oleh bakteri
pembentuk EPS dan IOB, SRB, dan APB secara berurutan, sedangkan pada
kedalaman 10 m yang berperan dalam pembentukan korosi diawali oleh SRB,
bakteri pembentuk EPS dan IOB, dan APB secara berurutan. Perbedaan
komunitas bakteri pada kedua kedalaman yang berbeda mengindikasikan proses
dan potensi korosi yang spesifik.