2021 TA Ajeng Widyakusuma 1-Abstrak.pdf?
PUBLIC Open In Flip Book Garnida Hikmah Kusumawardana
Pemantauan kualitas udara menjadi salah satu faktor penting dalam melakukan upaya pengelolaan kualitas udara. Partikulat merupakan salah satu pencemar udara yang menjadi perhatian dan wajib dipantau karena dampaknya terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia. Konsentrasi partikulat diketahui dipengaruhi oleh musim dan dampak kronisnya sering dihubungkan dengan konsentrasi rata-rata tahunan. Namun berbagai penyebab teknis maupun sumberdaya sering kali menyebabkan data pemantauan tidak dapat dilaksanakan penuh selama satu tahun. Studi ini difokuskan pada pengembangan faktor/model statistik sebagai bagian dari riset UDARA untuk mengestimasi konsentrasi rata-rata tahunan. Hal ini adalah langkah awal untuk menganalisis hubungan pajanan pencemar udara dalam jangka panjang (tahunan) dengan penyakit kronis di Jakarta pada studi selanjutnya. Data partikulat didapatkan dari data tangkapan real-time dari hasil pengukuran partikulat berdasarkan ukuran partikel (PM10, PM2,5 dan PM1,0) dengan alat pemantau Alphasense OPC-N2 berbasis light scattering yang murah dan otomatis. Dalam pelaksanaannya di lapangan pemantauan sering mengalami kendala yang menyebabkan data hilang atau data tidak sepenuhnya didapatkan selama setahun secara kontinyu. Kondisi ini berpotensi tidak merepresentasikan nilai rata-rata tahunan yang diperlukan. Data yang digunakan dalam pemodelan adalah data pemantauan tahun 2018 -2019 dari stasiun pemantauan kualitas udara ambien otomatis di 5 lokasi SPKU DKI Jakarta (yang digunakan sebagai metode referensi). Jumlah hari dalam setahun yang memiliki data pajanan ditentukan berdasarkan data di 26 titik pemantauan OPC. Pendekatan representatif nilai rata – rata tahunan dilakukan dengan menentukan rasio rata-rata konsentrasi PM10 pada jumlah hari di stasiun AQMS (berdasarkan pemantauan OPC) yang memiliki data terhadap konsentrasi rata-rata tahunan dengan data lengkap yang diperoleh dari stasiun AQMS. Rasio konsentrasi PM2.5 dan PM1.0 diperoleh melalui rasionya terhadap PM10 dari pengukuran OPC, karena tidak tersedianya data pengukuran PM1.0 dan ketidaklengkapan PM2.5 di stasiun AQMS. Hasil analisa statistik deskriptif data konsentrasi tiap ukuran partikulat dari OPC dan AQMS di semua lokasi menunjukkan data tidak terdistribusi normal, memiliki ketidaksimetrisan, sebaran data yang luas dan tangkapan data setiap bulan dalam hari umumnya < 22 hari (75%). Hasil rata-rata rasio tahunan PM10 riset UDARA di DKI Jakarta berdasarkan metodologi terpilih yaitu 0,99 - 1,19, untuk rasio tahunan PM2,5/PM10 adalah 0,75. Rasio tahunan PM1,0 terhadap PM2,5 sebesar 0,81; sedangkan terhadap PM10 sebesar 0,67. Rentang estimasi nilai rata – rata tahunan yang diperoleh untuk 26 lokasi pemantauan dalam satuan µg/cm3 untuk PM1,0 adalah 6,75 – 210,65; untuk PM2,5 adalah 13,3 – 321,1 dan PM10 adalah 22,2 – 441,6. Hasil uji ANOVA satu arah partikulat terhadap musim menunjukan H0 ditolak; menunjukan adanya pengaruh musim terhadap partikulat, yaitu konsentrasi di musim kemarau cenderung lebih tinggi daripada di musim hujan. Penelitian ini juga mendapatkan data tangkapan OPC dan AQMS pada musim kemarau lebih banyak dibandingkan musim hujan.