DKI Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia memiliki kebutuhan akan layanan
transportasi yang dapat menunjang kebutuhan pergerakan. Ketidakmampuan Kota
Jakarta membangun jalan baru mengakibatkan terjadinya kepadatan lalu lintas. Salah
satu strategi Pemerintah adalah membangun Mass Rapid Transit (MRT) sebagai
transportasi massal yang dianggap memenuhi kebutuhan untuk mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi. Namun, adanya pandemi Covid-19 berdampak
signifikan pada pola pergerakan orang (bekerja dari kantor menjadi WFH), yang
mengakibatkan penurunan drastis jumlah pengguna angkutan umum tidak terkecuali
MRT, karena masyarakat cenderung menggunakan kendaraan pribadi yang dirasa lebih
aman dari penularan virus (dalam hal ini angkutan umum dianggap sebagai vektor
penyebar virus). Operator angkutan umum harus sesegera mungkin merubah pola
tatanan layanan angkutan umum. MRT telah melakukan perubahan layanan dalam
adaptasi kenormalan baru, dengan penyediaan hand sanitizer, fasilitas pembersihan
armada dan stasiun, pengecekan suhu tubuh menggunakan thermal scanner,
penyediaan contactless lift button, mewajibkan seluruh penumpang menggunakan
masker, menyanitasi tangan, dan transaksi non tunai. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MRT berdasarkan tingkat
layanan pada masa pandemi covid-19 (studi kasus: koridor Bundaran HI-Lebak Bulus).
Penelitian menggunakan metode analisis binary logistic regression. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MRT
antara lain: x1_waktu tunggu (1.627), x2_waktu tempuh (1.869), x3_biaya (1.196),
x4_kepadatan (3.489), dan x5_variabel interaksi (-1.327). Model tersebut
menghasilkan probabilitas penggunaan MRT sebesar 41% dan probabilitas pengguna
MRT yang berpindah menggunakan moda lain sebesar 59%.