digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Aida Ulfa Faza
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Aida Ulfa Faza
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Aida Ulfa Faza
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Aida Ulfa Faza
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Aida Ulfa Faza
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Aida Ulfa Faza
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Aida Ulfa Faza
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Aida Ulfa Faza
PUBLIC Yoninur Almira



Latar belakang penelitian ini adalah kemacetan dan isu urban sprawl di Kota Semarang. Pendekatan solusi kemacetan dalam penelitian ini adalah pendekatan demand, yaitu mengatur perilaku perjalanan. Penelitian-penelitian sebelumnya telah menjelaskan bahwa perilaku perjalanan dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan binaan, namun kajian terkait pengaruh kondisi lingkungan binaan di kawasan pinggiran dan pusat kota belum banyak dieksplor. Adapun dengan pertimbangan permasalahan kemacetan, isu urban sprawl, dan untuk mengisi gap penelitian, tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kondisi lingkungan binaan terhadap perilaku perjalanan di kawasan pinggiran dan pusat kota. Perilaku perjalanan dijelaskan dengan pemilihan moda, frekuensi perjalanan, dan panjang perjalanan. Pilihan moda dalam penelitian ini terdiri dari sepeda motor, mobil, paratransit, transit, dan transport aktif. Kondisi lingkungan binaan diukur dengan kepadatan, keragaman, desain, aksesibilitas, dan jarak ke transit. Kepadatan diukur dengan kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan. Keragaman dijelaskan dengan indeks entropi. Desain diukur oleh kepadatan simpang, sedangkan aksesibilitas diukur dengan jumlah halte dan jumlah rute angkutan umum serta jarak ke transit diukur dengan jarak ke halte terdekat. Pengaruh kondisi lingkungan binaan terhadap pemilihan moda dianalisis menggunakan regresi logistik multinomial dan pengaruh kondisi lingkungan binaan terhadap frekuensi perjalanan dan lama perjalanan dihitung menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan bangunan dan jumlah rute angkutan umum memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap probabilitas penggunaan transit, yaitu dengan koefisien 0,002 dan 1,145. Variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap frekuensi perjalanan adalah kepadatan bangunan yakni pengurangan dengan koefisien -1,234. Sedangkan variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap panjang perjalanan adalah jumlah halte, dengan koefisien 0.729 dan yang memberikan pengaruh pengurangan terhadap panjang perjalanan paling besar adalah jumlah rute angkutan umum, yaitu dengan koefisien -0.572. Hasil menunjukkan untuk mengurangi panjang perjalanan dan meningkatkan probabilitas penggunaan transit diperlukan penambahan rute angkutan umum.