digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Faisal Riza
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Perkembangan ekosistem Fintech yang berkembang pesat di Indonesia sebagian besar didorong oleh pemerintah dengan mengeluarkan regulasi di berbagai bidang termasuk pinjaman peer-to-peer (P2P) yang dikenal sebagai fintech lending. Pemerintah berharap dapat mendorong inovasi dan meningkatkan inklusi keuangan. Di Indonesia 50% dari perusahaan fintech masuk ke bisnis Lending. Kebutuan pinjaman masih menjadi pasar terbesar karena ketidakmampuan lembaga keuangan konvensional membantu mempercepat inklusi keuangan terutama di daerah pedesaan. Dengan akses pembiayaan yang lebih baik, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Peluang muncul bagi UMKM karena mayoritas masih terlayani oleh lembaga keuangan. Menurut laporan PwC Indonesia, terdapat lebih dari 63 juta bisnis yang tergabung dalam segmen UMKM di Indonesia, di mana mayoritas UMKM masih belum memiliki akses kredit atau segala jenis pendanaan formal. Oleh karena itu, terdapat peluang besar bagi fintech lending untuk memanfaatkan masalah ini guna membantu meningkatkan akses kredit yang sangat dibutuhkan. Fintech lending mengatasi tantangan yang dihadapi oleh pinjaman konvensional dengan memanfaatkan kombinasi model bisnis, teknologi, dan pendekatan inovatif yang berbeda. Dengan demikian, memungkinkan fintech lending menjangkau cakupan yang lebih luas di daerah terpencil akan menyelesaikan tantangan infrastruktur dan manajemen risiko yang biasanya dihadapi oleh lembaga keuangan konvensional dalam melayani segmen yang belum tergarap. Fintech lending Majo Sati hadir sebagai fintech lending daerah pertama di pulau Sumatera yang fokus dalam memberikan pinjaman produktif kepada UMKM dan petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan organisasi untuk berkembang dan strategi bisnis yang diusulkan untuk Majo Sati. Ada 3 pertanyaan yang harus dijawab dari penelitian ini yaitu: seberapa siap organisasi untuk berkembang, faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi strategi ekspansi dan strategi bisnis yang diusulkan. Menggunakan framework VEOP untuk menganalisis faktor internal dan 2 kerangka kerja untuk menganalisis faktor eksternal yaitu: PESTEL dan Porter’s Five Forces anlysis. Terkait rencana ekspansi bisnis, organisasi Majo Sati saat ini belum siap. Dua hal utama yang perlu dilakukan sebelum melakukan ekspansi bisnis: 1) merekrut tenaga profesional sebagai COO (Chief Operation Officer) untuk menjalankan fungsi operasional sehari-hari dan juga 2) sangat diperlukan untuk menjalankan proses otomatisasi penuh. Dari sisi strategi bisnis, terdapat 3 usulan strategi bisnis untuk mempercepat pertumbuhan bisnis Majo Sati, yaitu: 1) Sosialisasi terjadwal kepada calon nasabah bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan literasi keuangan dan digital di Provinsi Lampung, 2) Terbuka untuk pembiayaan dari Venture Capital terpercaya untuk berinvestasi, 3) Membuat cabang di luar Lampung wilayah Sumatera dengan menggandeng perusahaan lokal yang dapat menyediakan sumber (infrastruktur lokal dan masyarakat).