2021_TS_PP_ARINTAN Gustina Mulyana_1-Abstrak (1).pdf
]
PUBLIC Open In Flip Book Yose Ali Rahman
Bank XYZ Wholesale Credit Operations Bandung (WCOB) dihadapkan pada tantangan untuk menangani
data yang jumlahnya terus meningkat. Penyediaan data yang berkualitas sangat penting untuk mendukung
keputusan bisnis dan laporan ke SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) OJK sebagai regulator. Fokus
penelitian ini adalah pada segmen Komersial yaitu 65% dari total portfolio bank wide. Dengan portfolio
yang begitu besar, tentunya diiringi dengan resiko kesalahan data yang sangat besar. Data kesalahan dapat
menimbulkan berbagai jenis kerugian bagi Bank XYZ baik risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi,
dan risiko keuangan (sanksi denda oleh OJK). Saat ini masih banyak error data Debitur yang muncul di
Bank XYZ, hal ini berpotensi mengakibatkan denda yang cukup besar dari OJK yang akan merugikan Bank
XYZ.
Akar penyebab masalah diidentifikasi dengan menggunakan Current Reality Tree (CRT). Tingkat Error
Data Quality Assurance (DQA) disebabkan oleh sistem internal yang belum memenuhi syarat dan
kurangnya pengetahuan Pegawai. Bagian penting yang mempengaruhi munculnya kesalahan data adalah
saat pertama kali memasukkan data ke dalam sistem. Jika PIC tidak menginput data secara akurat, lengkap,
atau bahkan tidak terisi pada sistem, maka akan menyebabkan data error. Masalah ini disebabkan oleh PIC
yang masih belum memiliki kesadaran risiko, hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan. Jadi, jika
sistemnya belum mumpuni; tidak adanya sistem validasi, yang dapat mendeteksi data kosong, dan data
'anomali', juga akan menyebabkan potensi kesalahan data.
Dengan pendekatan 'Done Right at the First Time', penulis mengajukan beberapa solusi; Untuk sistemnya
adalah upgrade sistem internal (IPS) dengan menerapkan metode Poka Yoke, dan untuk Pegawai melalui
pelatihan dan pengembangan Pegawai, serta menerapkan sistem reward and punishment. Dengan
menerapkan solusi tersebut, dengan menggunakan skenario pesimis diperkirakan data kesalahan akan
berkurang sebesar 27% dan juga diperkirakan akan menurunkan potensi sanksi denda sebesar Rp 112 juta,
dan dengan skenario optimis diharapkan dapat menurunkan data kesalahan sebesar 78% kedepannya dan
diperkirakan akan menurunkan sanksi denda sebesar Rp 226 juta.