digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Astrid Fadhilah
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Astrid Fadhilah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Astrid Fadhilah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Astrid Fadhilah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Astrid Fadhilah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Astrid Fadhilah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Astrid Fadhilah
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Astrid Fadhilah
PUBLIC Alice Diniarti

PT. Bukit Asam, Tbk. adalah perusahaan tambang yang menerapkan praktik penambangan yang baik dan melakukan metode penambangan dengan pola backfilling. Kegiatan penambangan berupa pengupasan tanah penutup dan penggalian batubara dapat memberikan gangguan terhadap massa batuan, salah satunya yaitu menimbulkan ketidakstabilan pada lereng. Analisis kestabilan lereng merupakan suatu bagian penting dan harus dilakukan baik dalam tahap perancangan maupun tahap penambangan dan pasca tambang. Permasalahan ketidakstabilan lereng timbunan di area tambang Banko-1 Timur telah menghambat kelangsungan kegiatan penambangan seperti jarak angkut material pembuangan semakin jauh. Lereng yang mengalami kegagalan dapat memberikan informasi yang berguna mengenai kondisi lereng pada saat terjadi longsoran. Ketidakstabilan lereng dapat dikarenakan beberapa sebab, salah satu faktor utama adalah penjenuhan material oleh infiltrasi air hujan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik curah hujan sebelum terjadi longsoran dan memvalidasi sifat fisik dan mekanik pada material lereng yang paling berpengaruh terhadap deformasi. Kondisi curah hujan pendahuluan digunakan untuk mengidentifikasi ambang batas terkait curah hujan harian kritis. Pentingnya menentukan secara akurat awal curah hujan kritis dan jam pemicu longsoran, serta alat pengukur curah hujan yang relatif dekat dengan daerah penelitian. Berdasarkan hasil analisis curah hujan kumulatif menunjukkan intensitas curah hujan pendahuluan yang memicu longsoran sebesar 627,9 mm. Intensitas kritis dari curah hujan kumulatif diperoleh sebesar 117,4 mm dalam periode 18 hari sebelum kejadian longsoran. Hal ini menyebabkan lereng mengalami kondisi jenuh akibat bertambahnya massa lereng akibat infiltrasi air hujan dan menyebabkan hilangnya tegangan hisap. Analisis balik adalah pendekatan efektif untuk memberikan wawasan tentang mekanisme longsoran lereng yang mendasarinya dan meningkatkan pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng. Analisis balik dapat digunakan untuk menentukan parameter kekuatan geser, tekanan air pori, dan kondisi lain pada saat longsoran. Analisis fully coupled digunakan untuk memodelkan pembentukan tekanan air pori dan disipasi dalam struktur tanah sebagai respon terhadap beban eksternal melalui penggabungan perangkat lunak. Curah hujan dengan durasi kritis 56 hari dapat mempengaruhi perubahan tekanan air pori pada lereng A sebesar 92 kPa, lereng B sebesar 96,62 kPa, dan lereng C sebesar 3,93 kPa. Berdasarkan analisis tegangan-regangan pada parameter tegangan efektif didapatkan deformasi optimum di lereng A sebesar 0,34 m, deformasi lereng B sebesar 1,33 m, dan deformasi lereng C sebesar 1,63 m. Variasi data sifat fisik dan mekanik tanah berdasarkan uji laboratorium dilakukan analisis sensitivitas pada data untuk mengetahui pengaruh variasi nilai variabel acak terhadap deformasi yang terjadi sehingga diketahui parameter mana yang sangat mempengaruhi kondisi deformasi akibat perilaku tegangan-regangan. Hasil dari analisis sensitivitas didapatkan parameter yang paling memberikan efek paling besar terhadap deformasi adalah parameter modulus elastisitas. Berdasarkan grafik antara fungsi standardize dan deformasi pada lereng A, B, dan C di daerah penelitian didapatkan interval nilai modulus elastisitas pada sampel-sampel uji yang memiliki korelasi terhadap deformasi aktual adalah nilai di bawah rata-rata modulus elastisitas dan nilai modulus elastisitas di rata-rata -0,7 simpangan baku.