digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Raden Wisnu Subroto
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Pemerintah Indonesia telah menetapkan Kebijakan Energi Nasional melalui Peraturan Presiden nomor 22, 2017, yang mentargetkan Energi Baru dan Terbarukan untuk memberikan kontribusi minimum 23% dari Bauran Energi Indonesia atau setara dengan 45 GW pada tahun 2025. Dari target 45 GW energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 ini, 16% atau setara dengan 7,2 GW ditargetkan untuk dipasok dari PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi). Meskipun negara ini diberkahi dengan potensi tenaga panas bumi yang sangat besar, di mana sekitar 40% dari cadangan panas bumi dunia (diperkirakan sekitar 23.9 GW) berada di Indonesia, namun sampai dengan akhir tahun 2019, pemanfaatan cadangan potensial panas bumi di Indonesia hanya sebesar 2.1 GW saja, ini berarti hanya 8.9% saja potensi tenaga panas bumi yang sampai saat ini berhasil dimanfaatkan sebagai PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi). Masalah utama yang dihadapi pemerintah dan industri panas bumi serta akan dibahas di dalam penelitian ini adalah kesenjangan antara kapasitas terpasang PLTP sekarang sebesar 2.1 GW, dibandingkan dengan target tahun 2025 sebesar 7.2GW. Pemerintah menetapkan bahwa perbedaan kapasitas sebesar 5.2 GW ini (atau setara dengan 343% pertumbuhan), harus dicapai dalam jangka waktu 6 tahun (2019 - 2025). Masalah kesenjangan ini dan kecilnya ratio pemanfaatan panas bumi ini, terjadi karena banyaknya tantangan yang dihadapi oleh pelaku industri panas bumi dan pemerintah. Salah satunya adalah tantangan pengembang swasta yang harus menjalankan eksplorasi di awal proyek untuk mengubah potensi panas bumi menjadi energi listrik. Kegiatan eksplorasi ini memiliki potensi kegagalan yang tinggi dan membutuhkan investasi modal awal yang besar. Seluruh risiko kegagalan eksplorasi yang mungkin terjadi, ditanggung sepenuhnya oleh pengembang swasta. Hal ini tentunya membutuhkan kepastian investasi berupa dukungan pemerintah dalam bentuk regulasi yang mendukung bisnis panas bumi dan tarif listrik panas bumi yang ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah masalah kesenjangan tersebut dapat diatasi atau tidak. Penelitian ini akan menganalisa variable apa saja yang menjadi penyebab kesenjangan pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik panas bumi tersebut dan skenario bisnis apa yang relevan untuk dapat mendorong pertumbuhan PLTP. Pendekatan penelitian ini akan menggunakan model Sistem Dinamika, yang merupakan teknik pemodelan yang digunakan untuk menggambarkan korelasi dan perilaku beberapa sub-sistem dan variable utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi di Indonesia. Pemodelan Sistem Dinamika ini akan dilakukan dengan menganalisis industri panas bumi secara keseluruhan, menganalisis akar masalah menggunakan diagram tulang ikan (fishbone diagram), mengidentifikasi variable dan parameter utama dan keterkaitan antara setiap variable, dan mencari skenario pengembangan yang sesuai untuk mencapai target pertumbuhan 343% dalam jangka waktu 6 tahun.