BAB 6 Hafsah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 7 Hafsah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Hafsah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Hewan dan tumbuhan merespons perubahan mikroklimat dengan caranya masingmasing.
Respons yang mereka tunjukkan secara tidak langsung dapat memengaruhi
kuantitas dan kualitas hasil panen suatu komoditas, tak terkecuali pada tanaman kopi.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan mikroklimat terhadap
sekresi senyawa volatil dan keanekaragaman serangga pengunjung bunga, dan
dampaknya terhadap kuantitas, kualitas hasil panen dan cita rasa kopi. Penelitian
dilakukan di empat sentra penghasil kopi arabika (Coffea arabica) di pulau Jawa yang
memiliki perbedaan rata-rata curah hujan tahunan. Profil senyawa volatil bunga kopi
dianalisis menggunakan metode SPME-GCMS. Koleksi serangga pengunjung bunga
dilakukan dengan mencuplik serangga pengunjung secara langsung menggunakan
sweeping net. Pengamatan pengaruh polinasi serangga terhadap hasil panen dilakukan
melalui eksperimen kain kasa. Selama pengamatan di lapangan dilakukan pula
pengukuran variabel mikroklimat yang terdiri dari faktor fisik, edafik dan kerapatan
kanopi pohon penaung. Parameter kuantitas panen diukur dengan menghitung jumlah
fruit set dan berat buah (fruit mass), sedangkan parameter kualitas dilakukan dengan
menghitung persentase terbentuknya peaberry dan cacat buah. Analisis senyawa
metabolit dilakukan dengan melakukan analisis komposisi metabolit sekunder biji
menggunakan GC-MS, mengukur kandungan total fenolik biji (metode Folin Ciocalteu),
dan mengukur kemampuan menghambat radikal bebas beserta aktivitas antioksidan biji
(IC dan IC50) dengan metode DPPH. Selanjutnya, dilakukan pula analisis cita rasa kopi
dengan mengukur kandungan kafein dan chlorogenic acid (CGA) pada biji kopi (metode
HPLC).
Sebanyak 114 senyawa volatil ditemukan pada bunga kopi, 38 diantaranya diketahui
memiliki keterkaitan dengan serangga. Sekresi senyawa volatil berkaitan erat dengan
kondisi mikroklimat. Kadar air dan suhu tanah merupakan dua faktor edafik yang paling
berkaitan dengan banyak jenis senyawa volatil bunga kopi. Banyaknya serangga yang
berkorelasi positif dengan senyawa ?-Ocimene menunjukkan bahwa senyawa tersebut
berpotensi menjadi general atraktan bagi serangga penyerbuk pada bunga kopi.
Perbedaan mikroklimat berpotensi mengakibatkan perbedaan keanekaragaman serangga
pengunjung bunga. Intensitas cahaya merupakan faktor fisik yang paling berkorelasi
dengan kehadiran serangga pengunjung. Sebanyak 36 spesies diketahui mengunjungi
bunga kopi. Apis cerana, Lasioglossum sp, Episyrphus sp dan Metallea setose merupakan
spesies-spesies serangga yang konsisten banyak ditemukan mengunjungi bunga kopi.
Apis cerana, Lasioglossum sp, Episyrphus sp telah banyak dilaporkan sebagai serangga
penyerbuk pada kopi, namun tidak dengan spesies M. setose. Metallea setose (Blowfly)
berpotensi menjadi serangga penyerbuk baru bagi tanaman kopi.
Polinasi serangga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pembentukan buah (fruit
set). Namun kehadiran serangga predator selama periode berbunga berpotensi
menurunkan berat buah. Secara kualitas, polinasi serangga dapat meningkatkan kualitas
buah dengan menekan produksi pea berry dan cacat buah. Keanekaragaman serangga
pengunjung bunga berkorelasi dengan penurunan produksi pea berry, sedangkan
intensitas kunjungan serangga berkorelasi dengan penurunan produksi cacat buah.
Sebanyak 40 senyawa metabolit ditemukan dalam biji kopi hijau, yang terdiri atas
kelompok hidrokarbon (13), asam lemak (12), fenolik (10), alkaloid (4) dan gula. Polinasi
serangga tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap komposisi senyawa metabolit
sekunder biji kopi. Komposisi jenis senyawa yang dihasilkan oleh biji kopi hasil polinasi
serangga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan komposisi senyawa biji dari
perlakuan polinasi lain. Begitu pula terhadap kandungan total fenolik dan kemampuannya
dalam menghambat radikal bebas (IC). Meskipun demikian, total kandungan fenolik biji
hasil polinasi serangga menunjukkan nilai terendah diantara semua perlakuan dan
kemampuannya dalam menghambat radikal bebas menunjukan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan kontrol. Intensitas kunjungan serangga secara signifikan mempengaruhi
peningkatan kadar kafein (?=0,10) dan menurunkan kadar CGA (?=0,05) pada biji kopi.
Biji kopi hasil polinasi serangga yang menunjukkan kandungan kafein lebih tinggi dan
CGA lebih rendah, serupa dengan karakteristik kopi specialty (nilai cupping > 80) yang
dilibatkan dalam analisis ini. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa polinasi serangga
berpotensi berperan dalam peningkatan kualitas cita rasa kopi dengan meningkatkan
kandungan kafein, menurunkan kandungan total fenolik dan juga CGA.
Pada buah kopi hasil polinasi serangga, terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi
curah hujan maka semakin rendah persentase pea berry, cacat buah, dan kemampuan
menghambat radikal bebas. Sebaliknya semakin tinggi curah hujan, semakin berat buah
yang dihasilkan. Keberhasilan pembentukkan buah (fruit set) dan total kandungan fenolik
cenderung stabil meskipun terjadi peningkatan curah hujan. Kehadiran serangga
penyerbuk dapat mengatasi penurunan hasil panen yang tinggi akibat peningkatan curah
hujan dengan mempertahankan produksi fruit set tetap tinggi. Semakin tinggi curah
hujan, buah hasil polinasi serangga menghasilkan kandungan kafein yang semakin tinggi
dan kandungan CGA yang semakin rendah. Peningkatan curah hujan di masa mendatang
diduga berpotensi menghasilkan buah kopi yang tinggi kafein dan rendah CGA.