Keberhasilan budidaya sistem bioflok ditentukan oleh rasio karbon terhadap
nitrogen (rasio C/N) yang sesuai untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri
heterotrof sehingga keseimbangan komunitas mikroba dan kualitas air budidaya
tetap terjaga. Sumber utama input nitrogen dalam sistem tertutup bioflok adalah
pakan sehingga kandungan protein dalam pakan akan berperan dalam
pertumbuhan ikan nila dan juga mempengaruhi nilai rasio C/N air budidaya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi protein pakan
terhadap kinerja budidaya dan profil nutrisi ikan nila dalam sistem bioflok.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu: (1) Persiapan sistem tertutup
bioflok, (2) Proses budidaya ikan nila dalam sistem bioflok menggunakan tiga
jenis pakan dengan kandungan protein kasar berbeda, yaitu 22%, 26%, dan 30%,
dan (3) Pengukuran profil nutrisi ikan nila yang dihasilkan dari proses budidaya
pada sistem bioflok dengan kadar protein berbeda. Proses budidaya dilakukan
dengan kepadatan 75 ekor/m3 dengan berat rata-rata awal ikan 37,7±11,1 g.
Budidaya dilakukan selama 90 hari menggunakan tangki fiber 1000 L berbentuk
silinder dengan tiga replikat per perlakuan. Penambahan molase dilakukan untuk
mempertahankan rasio C/N=15 pada setiap perlakuan. Parameter yang diamati
meliputi parameter fisika-kimia kualitas air (Suhu, DO, pH, NH4+, NO2-),
parameter biologi (pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik,
kelulushidupan, biomassa, rasio konversi pakan), dan profil nutrisi ikan (analisis
proksimat, profil asam amino, profil asam lemak). Data dianalisis menggunakan
sidik ragam (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa variasi penggunaan kadar protein
pakan memberikan dampak yang berbeda terhadap kualitas air, kinerja biologis
dan profil nutrisi ikan budidaya. Dari parameter fisika-kimia kualitas air, rata-rata
suhu pada semua perlakuan adalah 23,09±0,8 ?C. Kadar DO dan pH menurun dari
awal hingga akhir penelitian dengan rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan
protein pakan 22% (5,04±0,74 mg/L dan 6,28±0,69), diikuti oleh perlakuan
protein pakan 26% (4,89±1,15 mg/L dan 6,02±1,07), dan perlakuan protein pakan
30% (4,79±0,95 mg/L dan 5,73±0,98). Kisaran kadar amonium terendah
2,39±3,64 mg/L dijumpai pada air kultur ikan perlakuan kadar protein pakan 22%,
diikuti oleh perlakuan kadar protein 26% (2,93±2,52 mg/L) dan kadar protein
pakan 30% (5,35±3,01 mg/L). Perlakuan kadar protein pakan 26% menghasilkan
kisaran kadar nitrit terendah (1,43±1,59 mg/L), diikuti perlakuan protein pakan
30% (2,28±1,23 mg/L) dan perlakuan protein pakan 22% (3,22±1,52 mg/L).
Pada paramater biologis terlihat bahwa untuk berat rata-rata ikan tertinggi
(143,48±13,78 g), laju pertumbuhan harian tertinggi (2,68±0,31%) dan rasio
konversi pakan terendah (1,45±0,19) dijumpai pada perlakuan pemberian pakan
dengan kadar protein 30%. Perlakuan protein pakan 22% menghasilkan
kelulushidupan tertinggi (86,15%), sedangkan biomassa tertinggi
(6912,88±2586,17 g) dihasilkan perlakuan protein pakan 26%. Terdapat
perbedaan signifikan (p<0,05) pada pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan
harian antara perlakuan protein pakan 22% dengan 26% dan antara perlakuan
protein pakan 22% dengan 30%, sementara antara perlakuan protein pakan 26%
dengan 30% tidak berbeda signifikan. Parameter kelulushidupan, biomassa dan
rasio konversi pakan tidak berbeda signifikan pada semua perlakuan.
Berdasarkan hasil analisis profil nutrisi terlihat bahwa kandungan protein tertinggi
(20,68%) diperoleh pada perlakuan protein pakan 30%. Kandungan lemak paling
tinggi dihasilkan oleh perlakuan 22% protein pakan yaitu 1,89%. Variasi kadar
protein pakan menghasilkan perbedaan signifikan pada profil asam amino dan
asam lemak ikan. Nilai tertinggi sebagian besar asam amino esensial diperoleh
pada perlakuan protein pakan 26% (L-Fenilalanin: 12,44 g/kg; L-Histidin: 7,18
g/kg; L-Isoleusin: 9,59 g/kg; L-Leusin: 16,47 g/kg; L-Threonin: 12,47 g/kg;
L-Valin: 11,96 g/kg). Nilai tertinggi profil asam lemak tak jenuh ganda terdapat
pada perlakuan protein pakan 30% (EPA: 0,0068%; DHA: 0,0936%; AA:
0,0502%), sedangkan untuk asam lemak jenuh paling rendah (0,3481%) terdapat
pada perlakuan protein pakan 26%.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penggunaan kadar protein pakan
26% dan 30% paling direkomendasikan pada budidaya ikan nila sistem bioflok.
Perlakuan protein pakan 26% memberikan hasil terbaik untuk kualitas air dan
profil asam amino, sedangkan protein pakan 30% memberikan hasil terbaik untuk
pertumbuhan dan profil asam lemak.