digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Reaksi redoks Fe2+ - Cr2O72- merupakan salah satu sistem redoks yang menarik untuk dikaji. Disamping penting bagi keperluan analisis, juga banyak dimanfaatkan untuk pengolahan limbah industri. Reaksi redoks Fe2+ - Cr2O72- tersebut hanya dapat berlangsung pada suasana asam akibat modifikasi potensial redoks oleh pH larutan. Peningkatan pH larutan untuk sistem redoks tersebut menyebabkan terjadinya ketidakspontan reaksi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kespontanan reaksi redoks Fe2+ - Cr2O72- yang dipengaruhi oleh pH. Salah satu upaya untuk meningkatkan kespontanan reaksi redoks dapat dilakukan dengan penambahan ligan tertentu. Kehadiran ligan yang sesuai dapat memodifikasi potensial reduksi ion logam dari keadaan bebasnya sehingga reaksi redoks dapat berlangsung. Ligan yang digunakan untuk sistem redoks Fe2+ - Cr2O72- meliputi EDTA dan SCN- karena membentuk kompleks yang lebih stabil dengan Fe(III) dibandingkan dengan Fe(II) sehingga memungkinkan reaksi bergeser ke arah produk. Kisaran pH larutan untuk titrasi redoks Fe2+ - Cr2O72- dengan kehadiran ligan harus dipertimbangkan karena kemungkinan terjadinya pengendapan serta berpengaruh terhadap kestabilan pembentukan kompleks. Namun demikian, situasi tersebut tidak sederhana karena di dalam larutan terdapat kombinasi kompleks seperti MHiL atau MOHjLi. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ligan dan pH pada reaksi redoks Fe2+ - Cr2O72-. Penelitian ini menggunakan metode titrasi potensiometri dengan melibatkan elektroda Ag/AgCl buatan sebagai elektroda pembanding serta kawat platina sebagai elektroda kerja. Karakterisasi elektroda Ag/AgCl buatan dilakukan dengan dua metode yaitu secara voltammetri dan potensiometri. Elektroda Ag/AgCl buatan cukup baik digunakan dalam pengukuran diketahui dari hasil uji t bagi pengamatan berpasangan dengan nilai thitung (1,359) < ttabel (2,78) dan faktor Nernst sebesar 51,9 mV/dekade pada suhu 25 °C. Titrasi redoks Fe2+ - Cr2O7 hanya dapat dilakukan hingga pH 2. Penurunan konsentrasi asam sulfat pada titrasi redoks Fe2+ - Cr2O72- menurunkan ketajaman kurva titrasi pada daerah titik ekivalen. Selanjutnya, titrasi redoks Fe2+ - Cr2O72- dengan penambahan ligan EDTA dan SCN- dilakukan pada pH tersebut. Penambahan ligan EDTA secara berlebih dari total ion Fe(II) menghasilkan kurva titrasi yang sangat tajam. Namun demikian, terjadi sedikit pergeseran volume titik ekivalen lebih awal dari perhitungan teoritis akibat terdapat sebagian kecil spesi Fe(II) yang tidak terkompleks sepenuhnya. Kondisi tersebut dapat terjadi karena pH larutan mempengaruhi kestabilan kompleks [Fe-EDTA]-/[Fe-EDTA]2-. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui diagram E-pH sistem Fe(III)/Fe(II) dengan kehadiran ligan EDTA secara eksperimen bahwa potensial redoks tidak konstan terhadap perubahan pH di bawah 3. Kurva titrasi redoks Fe2+ - Cr2O72- dengan penambahan ligan EDTA dan SCN- pada pH 2 dibandingkan untuk mengetahui keefektifan ligan terhadap sistem redoks tersebut. Ligan EDTA cukup efektif digunakan 2- untuk meningkatkan ketajaman kurva titrasi redoks Fe2+ - Cr2O7 pada pH 2 dibandingkan dengan penambahan ligan SCN-. Akan tetapi, ligan EDTA kurang efektif digunakan untuk penentuan volume titik ekivalen karena terdapat pergeseran dari perhitungan secara teoritis. Hasil penelitian pengaruh ligan dan 2- pH pada titrasi redoks Fe2+ - Cr2O7 tersebut selanjutnya dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan modul pembelajaran pada materi elektrokimia di SMA Mutiara Bunda Bandung kelas XI. Hasil uji modul tersebut diperoleh persentase hasil tanggapan serta aktivitas belajar peserta didik secara berturut-turut sebesar 78,60 dan 83,30%. Persentase hasil tersebut menunjukkan bahwa penggembangan modul pembelajaran dapat meningkatkan minat serta aktivitas belajar untuk materi elektrokimia.