digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Juwita
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Juwita
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Juwita
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Juwita
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Juwita
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Juwita
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

DAFTAR Juwita
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Transformasi perdesaan memberikan perubahan terhadap aktivitas masyarakat baik pada sektor pertanian maupun nonpertanian. Masuknya teknologi digital ke perdesaan menyebabkan digitalisasi pada industri kreatif yang dapat merangsang percepatan pembangunan desa. Perkembangan teknologi digital memberikan peluang kemajuan industri kreatif dalam hal peningkatan keterampilan tenaga kerja perdesaan. Untuk dapat bersaing di pasar global, industri kreatif membutuhkan inovasi sebagai strategi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Teknologi digital diharapkan mampu memberikan input pengetahuan eksternal yang nantinya akan diterjemahkan menjadi bentuk inovasi oleh masyarakat tanpa mengurangi nilai budaya dan lokalitas produk. Namun, penggunaan teknologi digital seringkali sulit diterapkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat perdesaan khususnya pelaku industri kreatif akibat keterbatasan kemampuan dan fasilitas pendukung yang rendah. Salah satu pendekatan yang dapat menggambarkan kemampuan individu dalam menyerap informasi baru adalah adalah pendekatan Absorptive Capacity pada pelaku industri kreatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknologi digital terhadap praktik inovasi pada industri kreatif perdesaan. Data dalam penelitian ini dikumpulkan secara primer (melalui wawancara dan observasi) dan sekunder. Kerangka teoritis dirangkum berdasarkan tinjauan literatur dan penggambaran studi kasus di Desa Kamasan yang dilihat berdasarkan kesesuaian topik penelitian. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini menghasilkan kesimpulan dimana teknologi digital sangat berpengaruh pada praktik inovasi produk dan inovasi pemasaran. Melalui teknologi digital, pola yang ditunjukkan oleh pelaku industri kreatif di Desa Kamasan menunjukkan perbedaan tingkatan kemampuan daya serap terhadap pengetahuan eksternal. Di sisi lain, pelaku industri kreatif tetap mempertahankan cara tradisional sebagai penjagaan nilai budaya lokal pada proses produksi, sehingga jarang ditemukan inovasi proses.