digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

TA 2020 Annisa Nurantono 1-Abstrak.pdf)u
PUBLIC Garnida Hikmah Kusumawardana

Jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) yang cukup tinggi dan akan bertambah setiap tahunnya, diperkirakan bahwa timbulan limbah akan bertambah sebanding dengan meningkatnya jumlah penduduknya yang tinggi. Saat ini, DIY baru memiliki 9 instalasi pengolahan air limbah skala permukiman aktif (SPALD-T) yang melayani 1,9 % total penduduk dan intalasi pengolahan air limbah domestik skala kota melayani 43,9 %. Sebesar 54% dilayani dengan sistem pengelolaan air limbah setempat (SPALD-S) berupa tangki septik. Dari hasil observasi pada bulan Januari lalu, IPLT Sewon melayani 14% penduduk KPY. Kondisi eksisting IPLT Sewon saat ini hanya mampu menampung timbulan lumpur tinja sebesar 100 m^3/hari. Oleh karena itu, penambahan kapasitas IPLT Sewon sangat dibutuhkan. Adapun permasalahan pada efluen, yaitu ketidaksesuain hasil pengolahan IPLT dengan baku mutu pada Peraturan Daerah DIY Nomor 7 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Lumpur Tinja. Direncanakan IPLT Sewon akan meningkatkan pelayanan hingga 50% pada tahun 2027 dan 64% pada tahun 2032 yang dibagi menjadi 3 sistem kembar. Jenis pengolahan pemekatan dan stabilisasi lumpur dilakukan secara fisik dan supernatan yang dihasilkan dari stabilisasi lumpur yaitu dengan pengolahan secara biologis. Pemilihan pengolahan lumpur dan supernatan didasarkan pada pertimbangan efisiensi , timbulan lumpur, kebutuhan lahan, dampak lingkungan, biaya konstruksi, biaya operasional dan pemeliharaan, keberlanjutan dan kesederhanaan. Berdasarkan analisis, alternatif 4 dengan screw press sebagai unit pemekatan dan stabilisasi lumpur dan CMAS sebagai unit stabilisasi cairan memiliki nilai pembobotan yang paling tinggi di antara alternatif lain yang diajukan. Pengolahan dilengkapi dengan inlet truk tangki tinja, sludge acceptance unit, tangki pengumpul, unit desinfeksi, drying area, dan pengomposan. Total biaya konstruksi IPLT Sewon membutuhkan biaya sebesar Rp 41.367.262.269 dan untuk setiap tahunnya biaya operasional yang diperlukan adalah sebesar Rp 6.215.63.160.072 .