Dalam 5 tahun terakhir, industri minyak telah mengalami penurunan harga minyak. Kondisi harga
minyak yang panjang ini membuat banyak sumur minyak kehilangan ekonominya untuk
memproduksi minyak. Perusahaan dapat memilih untuk meninggalkan sumur-sumur itu dalam
keadaan tidak aktif dan menetapkannya sebagai sumur idle. Sumur idle membawa risiko masalah
integritas sumur. Masalah ini dapat menyebabkan kebocoran hidrokarbon ke lingkungan yang dapat
mengakibatkan dampak ekonomi dan lingkungan yang negatif. Dalam 5 tahun terakhir, sumur-sumur
idle di PT SPI telah meningkat, dengan total 2.467 sumur idle pada tahun 2019. Dengan
meningkatnya sumur-sumur idle, risiko masalah integritas sumur meningkat kemudian.
Didorong oleh kepedulian lingkungan yang semakin besar dan berakhirnya production sharing
contract (PSC) yang akan datang, PT SPI saat ini fokus pada pengurangan liabilitas lingkungannya
secara signifikan. Mendukung tujuan tersebut, tim Well Integrity and Plug & Abandonment Sumur
(WIPA), tim yang mengelola integritas sumur di PT SPI, melakukan upaya untuk mengurangi risiko
insiden integritas sumur di sumur idle. Menggunakan Focus Group Discussion (FGD) dan problem
tree analysis, disimpulkan bahwa banyak sumur idle berisiko tinggi yang belum dilakukan plug and
abandonment (P&A) meningkatkan risiko insiden integritas sumur. Kondisi ini disebabkan oleh
kurangnya pemahaman tentang tingkat risiko pada sumur idle dan fakta bahwa pemilihan kandidat
P&A saat ini hanya fokus pada sumur dengan masalah sumur bor parah.
Berdasarkan masalah ini, penelitian ini menggabungkan Analytic Hierarchy Process (AHP) dan
Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk mengembangkan
model pengambilan keputusan multi kriteria hybrid sebagai kerangka kerja penilaian risiko untuk
memprioritaskan sumur idle risiko tinggi untuk kegiatan P&A. Dalam kerangka penilaian, tingkat
risiko dievaluasi berdasarkan kondisi permukaan, kondisi bawah permukaan, dan faktor-faktor
paparan publik pada setiap sumur kosong. Faktor-faktor ini diperluas lebih lanjut ke dalam 13 subkriteria:
kebocoran kepala sumur, pembatas casing/tubing, kondisi kepala sumur, gantungan tabung,
idle
durasi,
usia
sumur,
puncak
semen,
kebocoran
pada
tanah/cellar,
HIS
pada
well
pad,
pagar,
jarak
bangunan,
bangunan
dalam
jarak
150
m
dan
jarak
ke
air
permukaan.
Hasil
dari
penelitian
ini
adalah
tingkat
risiko
insiden
integritas
sumur
pada
sumur
idle
akan
berkurang setelah rencana mitigasi selesai dilaksanakan. Tingkat risiko yang tidak dapat diterima akan
dihilangkan dengan melakukan pekerjaan P&A pada 247 sumur idle dengan risiko tinggi. Frekuensi
level As Low As Reasonably Practicable (ALARP) diharapkan dapat dikurangi juga. Sistem
pendukung keputusan (DSS) berdasarkan model dikembangkan untuk memastikan aksesibilitas dan
pengulangan proses pengambilan keputusan. Hasil empiris dari penelitian ini dapat menjadi acuan
bagi perusahaan minyak dalam menilai tingkat risiko pada sumur idle untuk menyusun rencana
pengelolaan sumur idle dan memitigasi kewajibannya