digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Bagas Nathaniel
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar sekaligus negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, sehingga Indonesia memiliki potensi besar pada wilayah pantai dan lautnya. Namun dibalik potensi yang besar terdapat ancaman kerusakan pantai yang diakibatkan oleh fenomena alam seperti gelombang laut, badai laut, pasang surut, dan lainnya maupun kerusakan akibat kegiatan manusia seperti pengerukan atau pertambangan pasir pantai. Kerusakan pantai ini dapat menjadi ancaman kedaualatan Indonesia. Salah satu kerusakan pantai yang terjadi adalah pada Pulau Nipa, pulau kecil dengan luas kurang lebih 50 Hektar yang berada di Kepulauan Riau. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia atau pulau yang berada di perbatasan antara Indonesia dan Singapura. Pulau Nipa mengalami kerusakan akibat pertambangan pasir pantai yang membuat struktur pulau ini rusak, ditambah lagi dengan fenomena alam seperti pasang surut dan gelombang laut yang membuat Pulau Nipa tenggelam. Oleh karena itu diperlukan bangunan pengaman/pelindung pantai agar Pulau Nipa tidak tenggelam dan menjadi salah satu upaya menjaga kedaualatan NKRI. Bangunan pengaman/pantai yang didesain untuk Pulau Nipa adalah Bangunan Pemecah Gelombang (breakwater) dengan gelombang dan periode rencana masing-masing sebesar 2,9 meter dan 8 detik. Dengan tinggi desain breakwater adalah 9 meter, lebar mercu 3 meter, tebal lapis lindung utama (Primary layer armor) 1,5 meter, dan tebal lapis lindung kedua (secondary layer armor) 1 meter. Material yang digunakan untuk armor adalah batu pecah dengan kriteria berat jenis 2,65 ton/m3 dengan berat batu untuk primary armor seberat 2 ton, untuk secondary armor seberat 200 kg, dan untuk lapisan inti (core layer) seberat 20 kg. Volume total bangunan yang direncanakan untuk sekeliling Pulau Nipa ini sebesar 728.816 m3 dengan rencana anggaran biaya sebesar Rp. 215.655.390.000,-