Meningkatnya fenomena racun maskulinitas berupa sebuah perilaku yang mendeskriditkan
terhadap bagaimana cara pria berperilaku dan berekspresi yang menyebabkan ketimpangan sosial.
Tindakan diskriminasi menyebabkan keterbatasan dalam mengekspresikan identitas diri tentang
sisi maskulin yang mereka miliki. Proses berkarya dengan pendekatan seni sebagai ekspresi
mendorong kesadaran diri untuk memaknai pengalaman diri tentang arti maskulinitas itu sendiri,
hal tersebut menghantarkan sebuah kritik kepada racun maskulinitas sebagai fenomena sosial yang
terus terjadi.
Karya yang berjudul Where is the masculinity belong menunjukkan figur agender (Tanpa gender)
yang menyimbolkan gesture dengan mengisyaratkan keberanian, kekuatan, sensualitas dan
kemenangan. Ekspresi jiwa penulis ditumpahkan dalam proses eksplorasi bentuk ke dalam lukisan.
Karya tugas akhir ini merupakan cara penulis sebagai seorang laki-laki dengan orientasi seksual
yang berbeda mengaji sisi maskulin dan feminin melalui fenomena racun maskulinitas.