digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Oktandi Miftahul Syamsiar
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Oktandi Miftahul Syamsiar
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Oktandi Miftahul Syamsiar
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Oktandi Miftahul Syamsiar
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Oktandi Miftahul Syamsiar
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Oktandi Miftahul Syamsiar
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Oktandi Miftahul Syamsiar
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Terak peleburan tembaga merupakan salah satu produk samping yang dihasilkan dari proses peleburan tembaga. Sampai saat ini penggunaan terak peleburan tembaga secara komersial hanya sebatas sebagai bahan baku pembuat semen dan beton. Di lain sisi, terak peleburan tembaga memiliki kandungan besi yang tergolong tinggi, yaitu sekitar 35-40%. Dalam satu tahun, dapat dihasilkan setidaknya 650.000 ton terak peleburan tembaga di Indonesia. Ketersediaan terak peleburan tembaga dalam jumlah yang besar dan stabil di Indonesia memunculkan peluang bagi komoditas ini untuk dijadikan alternatif bahan baku pembuatan besi. Pada penelitian ini, dilakukan studi mengenai reduksi briket komposit terak peleburan tembaga untuk menghasilkan logam besi. Terak peleburan tembaga yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT Smelting Gresik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai penggunaan terak peleburan tembaga sebagai bahan baku alternatif untuk produksi besi. Serangkaian percobaan dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi penambahan batubara dalam briket komposit dan temperatur terhadap hasil reduksi terak peleburan tembaga. Penelitian diawali dengan mencampurkan terak peleburan tembaga sebanyak 3 gram dan batubara yang divariasikan pada penambahan 5%, 10%, 15%, dan 20% untuk membentuk briket komposit. Briket komposit dimasukkan ke dalam cawan porselen dengan penambahan bed batubara sebanyak 5 gram, kemudian sampel direduksi menggunakan tanur muffle selama 145 menit menggunakan metode isotermal gradien temperatur pada temperatur awal 1000? dan temperatur isotermal akhir yang divariasikan pada 1350?, 1400?, 1450?, dan 1500?. Analisis awal dilakukan untuk menghitung persen perolehan logam dan ukuran nugget besi yang dihasilkan. Analisis penampakan permukaan dan analisis komposisi logam hasil reduksi dilakukan menggunakan mikroskop optik, EPMA-WDS, dan SEM-EDS. Analisis terak hasil reduksi dilakukan menggunakan SEM-EDS dan XRD untuk mengetahui kandungan unsur dan senyawa dalam terak. Peningkatan penambahan batubara dalam briket sebanyak 5% hingga 15% dapat meningkatkan persen perolehan logam dan ukuran nugget besi yang terbentuk, lalu mengalami penurunan pada penambahan batubara sebanyak 20%. Persen perolehan logam dan ukuran nugget besi yang terbentuk akan meningkat seiring meningkatnya temperatur. Persen perolehan logam tertinggi didapatkan pada percobaan dengan variasi temperatur isotermal akhir 1500? dan penambahan batubara dalam briket sebanyak 15%. Pada percobaan tersebut terdapat unsur silikon dengan kadar yang cukup tinggi yaitu sekitar 7%, sehingga nilai persen perolehan logam yang didapatkan mencapai 110,05% (perolehan besi = 95%). Ukuran nugget besi terbesar didapatkan pada percobaan dengan variasi temperatur isotermal akhir 1500? dan penambahan batubara dalam briket sebanyak 15% yaitu 10,085 mm.