digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fikri Amarrilo Adiprana
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Fikri Amarrilo Adiprana
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Fikri Amarrilo Adiprana
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 2 Fikri Amarrilo Adiprana
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 3 Fikri Amarrilo Adiprana
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 4 Fikri Amarrilo Adiprana
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 5 Fikri Amarrilo Adiprana
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Fikri Amarrilo Adiprana
PUBLIC Alice Diniarti

Provinsi Jawa Barat menetapkan 6 Wilayah Pengembangan (WP) pada RTRW Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2039. Salah satu dari WP yang menarik untuk ditinjau dalam cakupan studi perencanaan wilayah dan kota adalah WP Ciayumajakuning karena kondisi pengembangan wilayah yang tergolong paling rendah diantara seluruh WP dan posisi WP Ciayumajakuning yang diarahkan sebagai WP yang didorong namun sekaligus harus dikendalikan pengembangannya. Perkembangan perkotaan dalam cakupan WP memunculkan kebutuhan untuk mengendalikan pembangunan agar tidak terjadi ketidakseimbangan lingkungan. Perkembangan perkotaan dijabarkan melalui dinamika perkembangan yang terdiri dari perubahan fisik, ekonomi, maupun kependudukan sedangkan komponen keterdukungan lingkungan dapat dilihat melalui penentuan status daya dukung lingkungan (DDL). Penelitian ini akan bertujuan untuk mengidentifikasi status dan pola spasial dari dinamika perkembangan perkotaan WP Ciayumajakuning serta pengaruhnya terhadap daya dukung lahan pertanian. Penelitian ini akan menggunakan unit analisis kecamatan pada WP Ciayumajakuning yang berjumlah 153 serta menggunakan pengumpulan data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif, analisis daya dukung lahan, analisis regresi linear berganda, analisis autokorelasi spasial, dan analisis overlay. Penelitian ini menemukan bahwa terjadi pemusatan perkembangan perkotaan pada bagian utara WP Ciayumajakuning dengan Kota Cirebon sebagai inti dari perkembangan baik dari segi fisik, ekonomi, dan kependudukan yang diikuti dengan klasifikasi nilai daya dukung lahan pertanian yang rendah pada Kota Cirebon, Bagian Timur Kabupaten Cirebon, dan Bagian Barat Kabupaten Kuningan. Analisis autokorelasi spasial menemukan bahwa terjadi autokorelasi positif atau bentuk pola spasial cluster pada 15 kecamatan untuk laju penyutuan lahan pertanian, 13 kecamatan untuk laju pertumbuhan lahan bukan pertanian, 41 kecamatan untuk laju pertumbuhan ekonomi, 17 kecamatan untuk laju pertumbuhan penduduk, dan 31 kecamaran untuk penurunan nilai daya dukung lahan pertanian. Analisis pengaruh dengan persamaan regresi menemukan bahwa pertumbuhan lahan bukan pertanian adalah variabel yang paling memengaruhi penurunan daya dukung lingkungan sebesar 0.697% diikuti oleh variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 0.085%., sedangkan analisis pengaruh melalui overlay menemukan bahwa terdapat pengaruh yang cukup kuat antara dinamika perkembangan perkotaan terhadap penurunan daya dukung lingkungan yang ditunjukkan oleh konsistensi tinggi pada 86 kecamatan (56.20%).