digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dimas Muhammad Fachryza
PUBLIC Alice Diniarti

Dunia abad ke-21 telah mengalami perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) yang memengaruhi gaya hidup digital dan struktur ekonomi baru, termasuk gaya bekerja dan aspek-aspek dalam perencanaan wilayah dan kota. Masyarakat yang hidup dengan teknologi (digtal natives) kini memiliki karakteristik yang lebih berani melawan budaya konvensional, seperti berhierarki dan kaku. Digital natives sangat memungkinkan menjadi digital nomad yang memiliki kesempatan bekerja dimanapun dan kapanpun, termasuk dari rumah. Namun, digital nomad memerlukan ruang ketiga untuk menghindari permasalahan isolasi sosial. Disisi lain, kota-kota dunia sedang bergerak kearah yang lebih kompetitif dan bersiap menyambut era ekonomi berbasis pengetahuan atau knowledge-based economy (KBE) yang sangat menghargai pengetahuan dan informasi. Dinamisme ini menuntut munculnya gagasan bekerja gaya baru di Coworking Spaces (CwS). Perkembangan CwS dengan cepat menjadi fenomena global termasuk di Indonesia yang ditandai dengan pendirian CwS di Kota Bandung. Hukum geografi pertama Tobler dapat digunakan untuk lebih memahami pola penyebaran lokasi CwS yang dapat memengaruhi perkembangan kota dan dapat diintegrasikan dengan perencanaan spasial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pola lokasi sebaran CwS dan asosiasi terhadap karakteristik spasial, menggunakan analisis pola lokasi & distribusi (indeks moran, kernel density, statistik deskriptif) dan analisis asosiasi somer’s d. Penelitian ini menggunakan metodologi pengumpulan data secara sekunder dari OpenStreetMap (OSM), google maps, media sosial, dan artikel terkait. Hasil menunjukan pola pemilihan lokasi CwS cenderung membentuk klaster untuk mencapai keuntungan ekonomi aglomerasi dan cenderung berlokasi dekat dengan konsentrasi aktivitas Café & Coffee Shops, Bar & Pub, Rencana Pola Ruang SPU Pendidikan, Taman dan Sarana Olahraga yang sesuai dengan hipotesis konseumen perkotaan dan gaya hidup baru. Hal ini sesuai dengan hipotesis kreativitas dan konsumen perkotaan dalam kajian aglomerasi manusial.