BAB 1 Muhammad Fajar Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Muhammad Fajar Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Muhammad Fajar Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Muhammad Fajar Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Suplai energi primer di Indonesia masih didominasi oleh energi tak terbarukan
seperti minyak mentah dan produk olahan minyak hasil impor. Untuk mengatasi
masalah ini pemerintah mengeluarkan kebijakan penggunaan energi terbarukan salah
satunya biomassa. Namun, biomassa sebagai bahan bakar pembangkit memiliki
kekurangan yaitu tingkat kalor yang lebih rendah daripada bahan bakar fosil. Untuk
mengatasi kekurangan tersebut digunakanlah sistem Organic Rankine Cycle (ORC).
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai studi pembangkit biomassa dengan bahan
bakar pelet kayu menggunakan tiga jenis fluida kerja seperti R245fa, R236ea, dan
R114. Sampel pelet kayu albasia dan pelet kayu mahoni layak dipakai sebagai bahan
bakar pembangkit karena keduanya memenuhi syarat ISO 17225-2 ENPlus B.
Berdasarkan hasil simulasi didapatkan fluida kerja terbaik dengan daya keluaran
terbesar dihasilkan oleh R245fa. Namun, efisiensi yang dihasilkan cenderung lebih
kecil daripada fluida R236ea dan R114. Untuk meningkatkan efisiensi sistem maka
digunakan komponen regenerator. Komponen ini berfungsi mengefisienkan panas
yang diperlukan untuk mengubah fluida kerja menjadi uap jenuh. Adapun daya yang
dihasilkan sistem dapat dioptimalkan dengan cara memperbesar daerah kerja fluida
melalui peningkatan tekanan turbin, peningkatan temperatur evaporasi, dan penurunan
tekanan kondensor. Lebih jauh, dengan data hasil pengoptimalan dan metode LCOE
(Levelized Cost of Energy) diperoleh estimasi biaya produksi pembangkit kapasitas
746,86 kW menggunakan bahan bakar pelet kayu albasia adalah sebesar Rp2.443/kWh.
Adapun dengan memilih metode NPV (Net Present Value) dengan margin keuntungan
sebesar 8% dari biaya produksi pembangkit, tingkat suku bunga 5%, dan durasi proyek
20 tahun didapatkan NPV arus kas kumulatif pada tahun terakhir proyek bernilai
positif. Hal tersebut menandakan proyek pembangkit dengan bahan bakar pelet kayu
layak digunakan sebagai energi alternatif.