digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rizka Fitria Trinanda
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Rizka Fitria Trinanda
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Rizka Fitria Trinanda
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Rizka Fitria Trinanda
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Rizka Fitria Trinanda
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Rizka Fitria Trinanda
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

DAFTAR Rizka Fitria Trinanda
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

2020 TA PP RIZKA FITRIA TRINANDA_LAMPIRAN.pdf?
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

2020 TA PP RIZKA FITRIA TRINANDA_JURNAL.pdf ]
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Pengembangan simpul transportasi bandara harus memperhatikan prakiraan daerah tangkapan bandara tersebut dan bandara sekitarnya. Tumpang tindih daerah tangkapan dapat terjadi dengan bandara yang terletak berdekatan dan mengarah pada permasalahan airport leakage. Airport leakage adalah fenomena dimana penumpang menghindari bandara lokal di wilayah mereka tinggal dan memilih bandara di luar wilayahnya untuk memperoleh keuntungan seperti fleksibilitas penerbangan ataupun akses menuju bandara keberangkatan yang lebih baik. Lingkup studi pada penelitian ini adalah Multi-airport Provinsi Jawa Barat yang baru mengoperasikan Bandara Kertajati sebagai bandara utama Jawa Barat pada tahun 2018 dan bandara sekitarnya, yaitu Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah fenomena airport leakage terjadi pada Multi-airport Jawa Barat. Hal tersebut dicapai dengan membandingkan frekuensi penerbangan direct berjadwal dan aksesibilitas antara Bandara Kertajati dan bandara sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode pengolahan data spasial dan deskriptif kuantitatif. Temuan hasil studi menyimpulkan bahwa penambahan bandara berdampak pada meningkatnya konektivitas udara dari segi rute penerbangan yang dilayani namun tidak diiringi dengan peningkatan jumlah penumpang pada Multi-airport Jawa Barat. Hal ini disebabkan oleh fenomena airport leakage pada Multi-airport Jawa Barat dimana penumpang lebih memilih Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma sebagai bandara keberangkatan karena menawarkan frekuensi penerbangan yang lebih banyak dan aksesibilitas yang mudah. Penumpang yang akan lebih tertarik memilih bandara selain Multi-airport Jawa Barat adalah penumpang dengan tujuan bisnis yang lebih mementingkan fleksibilitas waktu keberangkatan. Sedangkan, Bandara kertajati yang menawarkan biaya akses menuju bandara yang lebih murah dapat menarik minat penumpang dengan tujuan wisata.