Tauco merupakan hasil fermentasi kedelai yang berasal dari Indonesia, terbuat
dari kedelai kuning, berbentuk pasta dengan warna mulai dari kuning sampai
kecoklatan. Tauco umumnya digunakan sebagai penyedap rasa karena memiliki
cita rasa khas menyerupai daging (meat-like flavor). Pusat produksi tauco berada
di Cianjur, Jawa Barat. Pada penelitian ini digunakan sampel Tauco Cap Meong
dari Cianjur. Fermentasi berlangsung selama 105 hari dan dilakukan melalui dua
tahap fermentasi, yaitu fermentasi kapang (mold fermentation) dan fermentasi
garam (brine fermentation). Kondisi fermentasi yang spontan dan dilakukan
secara tradisional secara turun menurun memberi peluang untuk terjadinya
inkonsistensi kualitas tauco dan kontaminasi silang selama proses fermentasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati profil komunitas
mikroorganisme dan profil fisiologi komunitas mikroorganisme serta yang terlibat
dalam proses pembuatan tauco dari Cianjur. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu penentuan parameter kimia lingkungan yang mencakup
pengukuran derajad keasaman (pH) dan kadar garam, penentuan parameter nutrisi
dengan analisis proksimat, analisis struktur komunitas mikroorganisme dengan
Illumina MiSeq Sequencing, serta analisis fisiologi komunitas mikroorganisme
dengan Biolog EcoPlate. Sampel diambil pada 6 titik, yaitu pada fermentasi umur
0 dan 3 hari (FK0 dan FK3) yang mewakili tahapan fermentasi kapang, umur 6
dan 14 hari (FG2 dan FG10) yang mewakili fermentasi garam serta umur 45 dan
105 hari (FL1 dan FL3) yang mewakili fermentasi garam lanjutan.
Selama fermentasi, nilai pH mengalami penurunan dari 6,37 di awal fermentasi
menjadi 5,23 di akhir fermentasi, sedangkan kadar garam mengalami peningkatan
dari 0,002% di awal fermentasi menjadi 0,072% di akhir fermentasi. Analisis
proksimat menunjukkan adanya peningkatan kadar air, kadar abu dan kadar lemak
secara berturut-turut dari 37,09%, 2,62% dan 17,93% menjadi 49,13%, 12,21%
dan 18,47%, sedangkan kadar protein dan karbohidrat mengalami penurunan,
masing-masing dari 26,3% dan 16,06% menjadi 11,9% dan 8,34%.
Hasil analisis Illumina MiSeq Sequencing menunjukkan bahwa selama fermetasi
tauco, komunitas bakteri didominasi oleh filum Firmicutes di semua tahapan
fermentasi, sedangkan pada level genus didominasi oleh Geobacillus, Weissella,
Bacillus, Staphylococcus dan Streptococcus pada fermentasi kapang,
Pediococcus, Weissella dan Enterococcus pada fermentasi garam, serta
Enterococcus, Staphylococcus, dan Geobacillus dan pada fermentasi garam
lanjutan. Komunitas fungi didominasi oleh filum Ascomycota di semua tahapan
fermentasi, sedangkan pada level genus didominasi oleh unidentified
Aspergillaceae di awal fermentasi kapang, unidentified Aspergillaceae dan
Trichosporon pada akhir fermentasi kapang hingga awal fermentasi garam, serta
Candida di akhir fermentasi garam hingga fermentasi garam lanjutan. Diversitas
komunitas bakteri mengalami peningkatan dari awal hingga akhir fermentasi
ditandai dengan naiknya Indeks Shannon dan Inverse Simpson, masing-masing
dari nilai 1,86 dan 0,56 menjadi 2,69 dan 0,76, sedangkan diversitas komunitas
fungi mengalami penurunan ditandai dengan turunnya nilai Indeks Shannon dan
Inverse Simpson, masing-masing dari nilai 0,91 dan 0,23 menjadi 0,00 untuk
kedua indeks. Analisis fisiologi komunitas mikroorganisme dengan Biolog
EcoPlate menghasilkan nilai Average Well Color Development (AWCD) pada
inkubasi 168 jam untuk setiap sampel berumur 0; 3; 6; 14; 45 dan 105 hari sebesar
0,095; 0,579; 0,273; 0,036; 0,037 dan 0,067. Fungsi fisiologi mikroorganisme
pada tauco didominasi oleh penggunaan karbohidrat, polimer dan asam amino di
semua tahapan fermentasi, selain juga ditemukan penggunaan asam karboksilat
dan amina/amida di akhir fermentasi kapang hingga awal fermentasi garam.
Penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa perubahan fungsional
komunitas mikroorganisme pada tauco di awal proses fermentasi lebih dinamis
daripada di akhir masa fermentasi. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan
bahwa selama fermentasi tauco keberagaman komunitas bakteri meningkat
sedangkan keberagaman komunitas fungi menurun.