digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rahayu Jatiningsih
PUBLIC Alice Diniarti

Salah satu format kit diagnostik yang banyak digunakan untuk mendeteksi suatu penyakit adalah kit diagnostik berbasis imunokromatografi. Penggunaan kit diagnostik ini umumnya menggunakan serum atau plasma darah untuk mendeteksi analit penyakit pada darah. Penggunaan serum atau plasma darah memiliki kekurangan karena penyiapannya membutuhkan sentrifuga yang di Indonesia ketersediaannya masih sangat terbatas. Sampel darah lengkap tidak dapat digunakan untuk kit diagnostik ini karena sel-sel darah dapat menghambat kerja kit, sehingga pembacaan menjadi tidak akurat bahkan tidak terbaca sama sekali. Senyawa Aglutinin diketahui memiliki kemampuan untuk membentuk aglutinasi pada sel dan mampu membentuk agregat besar yang diharapkan dapat menghindarkan kit diagnostik dari gangguan sel-sel darah. Senyawa aglutinin dapat berupa antibodi yang diproduksi dari sistem imun humoral hewan akibat dari pemaparan antigen salah satunya melalui imunisasi. Selain itu, penambahan antikoagulan dalam darah secara in vitro berperan penting dalam mempertahankan integritas sel darah merah sehingga dapat menunjang kinerja dari aglutinin untuk berikatan dengan antigen pada sel darah merah. Pada umumnya proses aglutinasi dapat berjalan dengan baik jika sel darah merah diberi enzim Tripsin, namun pemberian enzim ini dapat mengurangi efektifitas dari pengembangan kit diagnostik berbasis imunokromatografi yang dapat menggunakan darah lengkap sebagai sampel. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengembangan kit diagnostik berbasis imunokromatografi yang dapat menggunakan darah lengkap sebagai sampel menggunakan ekstrak kasar antibodi IgY anti sel darah merah, dengan penambahan antikoagulan terpilih, dan tanpa perlakuan tripsinasi pada darah. Ayam petelur dibagi menjadi dua kelompok imunisasi sel darah merah yaitu intramuskular dan subkutan sebanyak empak kali dengan rentang dua minggu perimunisasi. Telur dikoleksi setelah penyuntikan ke empat (minggu ke-8). Isolasi ekstrak kasar IgY anti sel darah merah dari telur ayam dilakukan, kemudian diukur IgY total dan kemurnian IgY hasil isolasi. Uji hemaglutinasi, uji aglutinasi secara mikroskopis, uji perbandingan antikoagulan, uji darah dengan atau tanpa tripsinasi, dan uji konfirmasi kit diagnostik berbasis imunokromatografi dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rute imunisasi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi IgY didalam yolk, namun demikian imunisasi secara intramuskular mampu memberikan respon imun spesifik yang lebih baik dibandingkan dengan imunisasi secara subkutan (P<0,05). Antikoagulan sodium sitrat dekstrosa (Alsever) dan Heparin berperan sangat baik mencegah pembekuan darah dan tidak mengganggu kinerja ekstrak kasar IgY anti sel darah merah dalam mengaglutinasi sel darah merah. Diketahui bahwa sel darah merah dapat teraglutinasi oleh ekstrak kasar IgY anti sel darah merah tanpa harus diberi perlakuan tripsinasi. Intensitas kecerahan (Grey Value) pada membran nitroselulosa kit diagnostik dengan komposisi sampel darah lengkap dan ekstrak kasar IgY anti sel darah merah memiliki nilai 178,39 yang tidak berbeda nyata dengan kit konvensional yang menggunakan sampel plasma sebagai kontrol positif (nilai 188,54). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penambahan ekstrak kasar IgY anti sel darah merah, antikoagulan, dan tanpa perlakuan tripsinasi pada darah memungkinakan untuk digunakan sebagai komponen kit diagnostik berbasis imunokromatografi yang dapat menggunakan darah lengkap sebagai sampel tanpa mengganggu kinerja kit.