Lapangan panas bumi Songa-Wayaua yang terletak di pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara yang berstatus sebagai lapangan greenfield memiliki potensi cadangan sebesar 140 MWe dan berencana akan dikembangkan pada tahun 2020 dengan kapasitas pembangkitan 10 MWe .Terdapat beberapa metode untuk menghitung potensi cadangan. Metode Experimental Design (ED) dengan Response Surface Method (RSM) Box-Behnken Design (BBD) 2nd order berdasarkan permodelan numerik dapat digunakan untuk menghitung cadangan. Tantangan terbesar dalam permodelan numerik reservoir pada lapangan greenfield terdapat pada terbatasnya data yang mempengaruhi tingginya tingkat ketidakpastian parameter-parameter reservoir. Hal itu mempengaruhi akurasi dalam menentukan besarnya potensi cadangan. Saat ini perhitungan cadangan menggunakan model numerik reservoir biasanya dilakukan melalui pendekatan model single porosity. Sedangkan untuk permodelan dual porosity diperlukan data yang mendukung. Dengan tingginya ketidakpastian dalam mengembangkan model pada lapangan greenfield, menarik untuk mengembangkan dan membandingkan model berdasarkan pendekatan single porosity dan dual porosity. Kedua model tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung cadangan lapangan Songa-Wayaua.
Permodelan lapangan panas bumi Songa-Wayaua dilakukan berdasarkan kajian geologi, geokimia dan geofisika (3G). Area yang dimodelkan sebesar 8.75 km x 4.5 km dengan ekstensi vertikal 2.7 km. Lapangan Songa-Wayaua dimodelkan dalam model single porosity dan dual porosity. Kedua model telah divalidasi tahap natural state dan menunjukan keselarasan yang baik dengan data 3G. Pengujian parameter reservoir pada kedua model dilakukan dengan metode experimental design Box-Behnken Design 2nd order. Perhitungan cadangan dilakukan dengan mengintegrasikan proxy model hasil ED kedalam simulasi Monte Carlo. Model single porosity memiliki potensi cadangan probable sebesar 26 MWe dan model dual porosity memiliki potensi cadangan probable sebesar 10 MWe.