Lektin dari Sclerotium rolfsii (SRL) memiliki potensi untuk digunakan dalam mendeteksi biomarker kanker. SRL dilaporkan memiliki aktivitas binding yang lebih tinggi pada sklerotium dibandingkan miselium. Pendedahan miselium terhadap keadaan stres menyebabkan sel mengalami cekaman oksidatif yang dapat memicu pembentukan sklerotium dalam jumlah yang lebih banyak. Penelitian ini melakukan optimasi produksi sklerotium dari Sclerotium rolfsii dengan mendedahkan fungi terhadap berbagai cekaman fisik dan kimia. Mula-mula S. rolfsii ditumbuhkan pada media cair yang mengandung ekstrak kentang 20%, pepton 0,5%, dan dekstrosa 2% selama 11 hari dengan agitasi 150 rpm pada suhu ruang. Strategi pemberian cekaman dilakukan setelah diperoleh biomassa miselium optimum dalam media cair. Selanjutnya, perlakuan cekaman fisik fragmentasi dilakukan dengan menghancurkan miselium S. rolfsii dengan blender pada kecepatan 11.000 rpm dengan variasi waktu 30, 45, dan 60 detik. Pada kejut dingin, S. rolfsii diinkubasi pada suhu 8°C dengan variasi waktu 6, 12, dan 24 jam. Pada kejut listrik, S. rolfsii didedahkan dengan variasi voltase 5, 50, dan 100 V selama 10 detik. S. rolfsii lalu diinkubasi tanpa agitasi selama 4 minggu pada suhu ruang. Semua perlakuan fisik dan variasinya dilakukan secara terpisah. Pada perlakuan kimia, H2O2 dengan variasi konsentrasi 0,001%, 0,01%, dan 0,1%, ekstrak bawang putih dengan variasi konsentrasi 0,01%, 0,1%, dan 1%, serta Mycostatin®dengan variasi konsentrasi 0,001%, 0,01%, dan 0,1% ditambahkan secara terpisah pada kultur S. rolfsii. Selanjutnya dilakukan pengukuran berat kering sklerotium, kadar protein, dan aktivitas hemaglutinasi lektin. Hasil menunjukkan dari semua perlakuan, Mycostatin® 0,01%, menghasilkan sklerotium dengan berat kering tertinggi (0,536 gram) berbeda signifikan dengan kontrol, namun tidak signifikan dibandingkan beberapa perlakuan lain. Perlakuan fragmentasi 45 detik memberikan nilai kadar protein tertinggi 4,877 mg/ml berbeda dan signifikan terhadap kontrol, namun tidak signifikan dibandingkan beberapa perlakuan lain. Sementara perlakuan kejut listrik 50 V memberikan aktivitas hemaglutinasi tertinggi 1381,18 U/mL berbeda dan signifikan dibandingkan kontrol, namun tidak signifikan dengan beberapa perlakuan lain. Hasil analisis PCA menunjukkan kadar protein dan aktivitas hemaglutinasi berkorelasi positif, sementara keduanya berkorelasi negatif dengan berat sklerotium. Diduga, hal ini diakibatkan oleh perlakuan induksi cekaman yang mempengaruhi struktur permukaan lektin yang dihasilkan, sedemikian rupa dapat meningkatkan kekuatan sisi pengikatan lektin dengan ligan.