Wilayah Jawa bagian barat, Indonesia, merupakan daerah yang rawan akan
bencana geologi karena adanya subduksi Lempeng Australia di bawah Eurasia.
Pada daerah ini, terdapat beberapa kota besar, termasuk Jakarta, ibu kota
Indonesia, dan Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, yang terancam oleh sumber
aktivitas seismik dan vulkanik. Pemahaman tentang struktur kerak bumi bagian
atas yang lebih baik merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung upaya
mitigasi bahaya dan bencana gempa bumi di daerah tersebut.Untuk mencitrakan
struktur kerak bagian atas, kami menerapkan Ambient Noise Tomography ke data
waveform baru yang didapatkan dari 85 seismometer sementara yang dipasang
selama 2016-2018. Korelasi silang dari data waveform diaplikasikan untuk
mendapatkan fungsi empiris Green’s dari gelombang Rayleigh antar pasangan
stasiun. Distribusi spasial dari kecepatan grup kemudian diperoleh dengan
melakukan inversi dari hasil kurva disperse. Kami membandingkan dua metode
yang berbeda untuk inversi kecepatan grup: metode optimalisasi subspace least
square, dan sampling probabilistik berdasarkan metode Trans-dimensional
Bayesian. Hasil kami menunjukkan bahwa, meskipun secara komputasional
pendekatan trans-dimensional Bayesian cukup mahal, metode ini memiliki
kelebihan dibanding dengan metode optimisasi subspace least square dimana
metode trans-dimensional Bayesian dapat dengan efektif mengeksplorasi ruang
model dan dapat mengkarakterisasi pola spasial dari kecepatan grup gelombang
Rayleigh dengan lebih baik. Untuk mendapatkan peta kecepatan gelombang S,
kami menerapkan algoritma Neighbourhood dengan menginversi kecepatan grup
gelombang Rayleigh ke dalam profil kecepatan gelombang S 1-D yang kemudian
diinterpolasi untuk mendapatkan peta kecepatan gelombang S 3-D. Hasil dari
kecepatan gelombang S dapat mencitrakan struktur geologi hingga kedalaman 17
km. Hasil inversi menunjukkan bahwa untuk kedalaman dangkal (1-6 km)
kecepatan grup berkorelasi baik dengan geologi permukaan, dan untuk kedalaman
yang lebih dalam (7-17 km) berkorelasi dengan batuan kristalin. Bagian utara dari
daerah penelitian memiliki lapisan sedimen yang menebal ke arah utara yang
ditunjukkan oleh kecepatan gelombang S yang rendah. Hasil dari penelitian ini
memiliki implikasi yang penting untuk kedalaman lapisan sedimen di bawah Jawa
bagian barat dalam kaitannya dengn pemodelan resiko bencana seismik. Selain itu, model kecepatan gelombang S yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan sebagai
model kecepatan awal untuk studi seismologi lainnya di wilayah penelitian.