digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Keberadaan pewarna sintetik di perairan mempengaruhi kualitas hidup flora akuatik dengan mempengaruhi level oksigen di air. Pewarna sintetik golongan azo maupun antrakuinon mengandung struktur aromatik, sehingga tidak mudah untuk diolah. Jamur pelapuk putih tidak memerlukan prekondisi lingkungan untuk dapat bertahan, sehingga tetap dapat memproduksi enzim ekstraseluler yang berfungsi sebagai katalisator pengolahan limbah pewarna sintetik. Enzim yang terlibat dalam pengolahan ini adalah enzim lakase dan lignin peroksidase. Lignin Persoksidase (LiP) secara langsung dapat mengoksidasi senyawa fenolik dan non-fenolik, sementara enzim lakase hanya dapat mengoksidasi senyawa fenolik, namun dengan tambahan substrat enzim ini dapat mengoksidasi senyawa non-fenolik. Isolat jamur Pleurotus ostreatus adalah jenis jamur pelapuk putih yang dipergunakan pada penelitian ini, dan mengeluarkan enzim linolitik. Pengolahan limbah pewarna sintetis menggunakan sequence batch reactor dengan variasi penambahan enzim kasar. Pengolahan limbah pewarna sintetis tanpa penambahan enzim kasar memanfaatkan enzim yang dihasilkan dari pertumbuhan isolat jamur Pleurotus ostreatus pada media inert bioball. Pertumbuhan isolat jamur P. ostreatus pada hari ke-10 menghasilkan persen penyisihan warna 23,60% untuk limbah pewarna Reactive Blue 4 (RB4) dan 13,57% untuk Reactive Black 5 (RB5). Variasi penambahan enzim kasar Pleurotus ostreatus menghasilkan tingkat penyisihan warna sintetis yang lebih baik, yaitu 63,58% untuk limbah warna RB4 dan 19,72% untuk RB5, dengan aktivitas enzim lakase yang ditemukan pada pengolahan limbah RB4, yaitu 36,68 U/L, dan 23,07 U/L pada RB5.