Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi perairan yang kaya,
salah satunya adalah udang. Pada tahun 2018, target produksi udang nasional
menurut KKP adalah sebanyak 700.000 ton. Target yang tinggi tersebut
dikarenakan udang memiliki pasar yang luas baik lokal maupun internasional, juga
banyak mengandung unsur organik dan anorganik yang bermanfaat bagi manusia.
Namun udang juga cepat mengalami proses pembusukan setelah ditangkap dan
mati. Udang yang tidak diawetkan mempunyai batas waktu singkat untuk layak
dikonsumsi. Hal ini perlu ditangani dengan baik agar udang tetap dalam kondisi
yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Pengawetan secara biologis atau dikenal
dengan biopreservasi menjadi pusat perhatian dimana agen antimikroba dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur patogen pada makanan. Bahan alami
seperti tumbuhan dapat digunakan untuk agen biopreservasi, salah satunya yaitu
buah mengkudu. Buah mengkudu sudah banyak dikenal oleh masyarakat tetapi
tidak biasa dikonsumsi langsung karena rasanya yang pahit dan mempunyai aroma
yang menyengat, tetapi disisi lain buah mengkudu diketahui mempunyai efek
antimikroba, sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
kebusukan udang.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji potensi buah mengkudu dalam
memperpanjang umur simpan udang putih. Pendekatan awal yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu isolasi, identifikasi, dan screening mikroorganisme pada
fermentasi buah mengkudu alami. Setelah itu dilakukan optimasi jumlah inokulum
pada fermentasi buah mengkudu menggunakan isolat terbaik. Hasil dari fermentasi
yang memiliki kemampuan antimikroba terbaik (dengan bakteri uji E.coli,
S.aureus, dan P.aeroginosa) digunakan untuk memperpanjang umur simpan udang.
Parameter yang diukur meliputi mikrobiologis (TPC), fisika (pH dan organoleptik)
dan kimiawi (TVB-N) pada sampel udang yang telah dipreservasi pada suhu 4°C
selama 14 hari.
Berdasarkan hasil isolasi didapatkan isolat terbaik yang telah diidentifikasi
yaitu Acetobacter persici. Optimasi fermentasi pada penelitian ini menggunakan
variasi jumlah inokulum 5%, 10%, dan 15% selama 20 hari. Hasil terbaik
didapatkan pada inokulum 5% selama 10 hari yaitu mempunyai zona hambat
sebesar 9,92 mm terhadap E.coli, 9,58 mm terhadap S.aureus, dan 11,01 mm
terhadap P.aeroginosa. Pada hasil pengujian lama simpan udang, didapatkan hasil bahwa penambahan jus mengkudu dapat memperpanjang waktu simpan dilihat dari
parameter total bakteri pada udang dengan perlakuan masih diterima pada ambang
batas SNI (max. 5 x 105 cfu/ml) sampai hari ke-10 yaitu 2,96 x 105 cfu/ml,
sedangkan kontrol pada hari ke-6 sudah mencapai 5,71 x 105 cfu/ml. Begitupula
dengan jumlah bakteri patogen pada perlakuan lebih rendah daripada kontrol. Batas
penerimaan nilai TVB-N yaitu 20 mgN/100 g, pada kelompok perlakuan nilai TVBN
hari ke-10 masih ada pada skala penerimaan yaitu 18,078 mgN/100 g, sedangkan
pada kontrol pada hari ke-6 sudah mencapai 21,518 mgN/100 g. Nilai pH udang
kelompok perlakuan secara umum lebih rendah daripada kontrol. Sedangkan skor
organoleptik udang pada kelompok kontrol mulai busuk lebih cepat yaitu pada hari
ke-6 daripada kelompok perlakuan yaitu pada hari ke-8. Hasil ini menunjukan
bahwa hasil fermentasi buah mengkudu mampu memperpanjang umur simpan
udang putih pasca panen dengan cara menekan pertumbuhan bakteri penyebab
kebusukan.