ABSTRAK Maulita Cut Nuria
PUBLIC yana mulyana COVER Maulita Cut Nuria
PUBLIC yana mulyana BAB 1 Maulita Cut Nuria
PUBLIC yana mulyana BAB 2 Maulita Cut Nuria
PUBLIC yana mulyana BAB 3 Maulita Cut Nuria
PUBLIC yana mulyana BAB 4 Maulita Cut Nuria
PUBLIC yana mulyana BAB 5 Maulita Cut Nuria
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA Maulita Cut Nuria
PUBLIC yana mulyana
Kepikunan merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan penanganan
serius. Data statistik tahun 2015 memperkirakan sekitar 46,8 juta orang di seluruh
dunia mengalami kepikunan. Umumnya penderita kepikunan adalah dari kelompok
manusia lanjut usia (lansia). Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan
jumlah lansia sekitar 27,08 juta pada tahun 2020. Alzheimer adalah penyakit yang
salah satu gejalanya adalah kepikunan, yang terjadi akibat penurunan
neurotransmitter asetilkolin. Penyebab utama penyakit alzheimer belum diketahui
secara pasti. Penyakit ini seringkali dikaitkan dengan beberapa faktor diantaranya
genetik, infeksi virus, hingga pola makan yang tidak sesuai. Salah satu upaya untuk
meningkatkan daya ingat adalah meningkatkan asetilkolin dengan cara
menghambat enzim asetilkolinesterase (AChE). Senyawa penghambat AChE dapat
diperoleh dari tumbuhan dan kebiasaan mengkonsumsi sayuran setiap hari dapat
menurunkan resiko kepikunan.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan aktivitas inhibisi AChE 18 jenis tumbuhan
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat suku Sunda dan suku Jawa. Berbagai hasil
riset menunjukkan bahwa senyawa-senyawa dari alam seperti senyawa golongan
alkaloid, fenolik dan flavonoid memiliki potensi untuk menanggulangi penyakit
neurodegeneratif. Penelitian ini dilakukan skrining fitokimia ekstrak secara
kualitatif dan penetapan kadar fenolik dan flavonoid total ekstrak secara kuantitatif.
Fraksi potensial dari tumbuhan terpilih diteliti lebih lanjut kandungan kimianya.
Struktur senyawa yang diisolasi dari fraksi potensial ditentukan dan nilai IC50 isolat
terhadap AChE dihitung.
Pengujian aktivitas inhibisi ekstrak, fraksi dan isolat terhadap AChE dilakukan
secara in vitro dengan metode Ellman. Skrining fitokimia ekstrak dilakukan
terhadap senyawa golongan triterpenoid/steroid, alkaloid, fenolik, flavonoid,
saponin dan tanin. Pengukuran kadar fenolik total dilakukan dengan metode Folin
Ciocalteu, sedangkan kadar flavonoid total menggunakan pereaksi aluminium
klorida. Isolasi senyawa meliputi tahap ekstraksi, fraksinasi, pemisahan, pemurnian
dan karakterisasi. Ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan etanol 95%.
Penetapan ekstrak potensial dilakukan dengan cara menentukan jenis-jenis ekstrak
yang memiliki nilai IC50 kurang dari 1000 µg/mL. Proses fraksinasi terhadap
ii
ekstrak potensial dilakukan secara partisi cair-cair menggunakan pelarut dengan
kepolaran bertingkat, yaitu pelarut n-heksan, etil asetat, metanol, metanol 70% dan
air. Penetapan fraksi potensial dilakukan dengan cara memilih fraksi yang memiliki
nilai IC50 paling kecil dan rendemen yang relatif besar. Pemisahan dan pemurnian
senyawa pada fraksi potensial dilakukan secara Kromatografi Cair Vakum (KCV),
dilanjutkan pemisahan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
preparatif dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) preparatif fase terbalik.
Karakterisasi isolat dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis,
spektrometri massa dan spektrometri NMR. Elusidasi struktur didasarkan pada
data-data yang berasal dari hasil karakterisasi.
Hasil penelitian menunjukkan ada 12 jenis tumbuhan yang memiliki aktivitas
inhibisi AChE sedangkan 6 jenis tumbuhan tidak mempunyai aktivitas ketika diuji
pada rentang konsentrasi yang digunakan. Aktivitas ini belum pernah dilaporkan
sebelumnya. Ekstrak tumbuhan yang memiliki nilai IC50 <1000 µg/mL (ekstrak
potensial) yaitu ekstrak herba kenikir, daun singkong, daun kemangi dan polong
kecipir. Skrining fitokimia menunjukkan bahwa seluruh ekstrak mengandung
senyawa golongan fenolik dan flavonoid. Kadar fenolik dan flavonoid total dari
keempat ekstrak potensial juga relatif lebih besar dibandingkan ekstrak lainnya.
Fraksi potensial tumbuhan yang diteliti lebih lanjut adalah fraksi larut metanol daun
singkong (FLMS). Hasil isolasi dari fraksi potensial diperoleh dua senyawa
flavonoid glikosida yang telah ditetapkan strukturnya yaitu kaempferol-3-Orutinosida (nikotiflorin) dan kuersetin-3-O-rutinosida (rutin). Kedua senyawa
tersebut memiliki aktivitas inhibisi AChE dengan nilai IC50 nikotiflorin sebesar
310,2±7,1 µg/mL sedangkan IC50 rutin belum dapat ditentukan sampai dengan
konsentrasi uji tertinggi (500 µg/mL).
Penelitian ini memberikan informasi ilmiah bahwa ekstrak etanol herba kenikir,
daun singkong, daun kemangi dan polong kecipir sebagai penghambat enzim
AChE. Keempat ekstrak tersebut memiliki kadar fenolik dan flavonoid total yang
relatif besar, sehingga kemungkinan hal tersebut berkorelasi dengan aktivitas
inhibisi AChE. Kandungan senyawa aktif seperti flavonoid merupakan sumber
bahan baku obat yang berasal dari alam dan dapat digunakan sebagai inhibitor
AChE.