Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang seringkali menyertai pasien
HIV/AIDS. Baik HIV/AIDS maupun tuberkulosis memerlukan terapi dengan obat
yang tidak sedikit. Penggunaan obat yang banyak atau polifarmasi dapat memicu
terjadinya interaksi obat serta efek obat yang tidak diinginkan atau reaksi obat
merugikan (ROM). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi interaksi
obat pada pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi tuberkulosis, dugaan ROM yang
terjadi, serta rekomendasi terapi untuk pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi
tuberkulosis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara
retrospektif pada pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi tuberkulosis yang menerima
terapi tuberkulosis di Poliklinik Teratai RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada
tahun 2013. Dari penelitian ini diperoleh 48 pasien yang sesuai dengan kriteria
inklusi, yaitu pasien usia dewasa, menerima terapi tuberkulosis di Poliklinik
Teratai RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2013, dan tercatat
menerima terapi tuberkulosis serta terapi antiretroviral. Dari 48 pasien tersebut,
ditemukan 109 potensi kejadian interaksi obat dengan signifikansi mayor, 299
potensi kejadian interaksi obat dengan signifikansi moderate, dan 58 potensi
kejadian interaksi obat dengan signifikansi minor. Dugaan ROM dengan jumlah
terbanyak yang ditemukan pada penelitian ini adalah 8 kejadian gangguan saluran
pencernaan, 5 kejadian drug eruption, 5 kejadian drug induced liver injury (DILI),
dan 4 kejadian neuropati perifer. Pasien yang menerima obat antituberkulosis
(OAT) kategori 1 direkomendasikan untuk menggunakan ARV tenofovir,
lamivudin, dan efavirenz, sedangkan pasien yang menerima OAT kategori 2
direkomendasikan untuk menggunakan ARV zidovudin, lamivudin, dan efavirenz.
Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat banyak potensi interaksi
obat dan dugaan ROM pada pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi tuberkulosis.
Untuk mengatasinya dapat dipilih obat lain yang berinteraksi minimal atau
memberikan obat lain untuk mencegah terjadinya efek dari interaksi obat maupun
ROM.