digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Ika Nur Afifah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Ika Nur Afifah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Ika Nur Afifah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Ika Nur Afifah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Ika Nur Afifah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Ika Nur Afifah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Ika Nur Afifah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Kajian bahaya akibat kenaikan tinggi muka air laut di Jakarta Utara dilakukan untuk mengetahui faktor kejadian yang dapat meningkatkan potensi bahaya tersebut. Daerah Jakarta Utara yang berbatasan dengan Laut Jawa di bagian utara menyebabkan wilayah ini memiliki potensi yang besar untuk terkena dampak dari bahaya kenaikan muka air laut. Dalam penelitian ini dilakukan proyeksi bahaya untuk tahun 2020 sampai 2040 dengan berbagai skenario bahaya akibat kenaikan muka air laut serta membuat peta bahaya berdasarkan skenario tersebut. Penelitian ini menggunakan beberapa proses pengolahan data untuk melihat variasi perubahan tinggi muka laut (TML) berdasarkan pengaruh peristiwa pasang surut, El-Niño Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Madden Julian Oscillation (MJO) dan storm surge. Penyusunan skenario bahaya dibuat berdasarkan hasil pengolahan data untuk mengetahui besar potensi bahaya akibat kenaikan muka laut, serta memasukkan beberapa faktor bahaya lain seperti laju penurunan muka tanah dan banjir darat tahunan. Langkah terakhir yaitu membuat peta bahaya sesuai dengan skenario yang telah dibuat dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG). Berdasarkan 15 skenario bahaya kenaikan TML yang telah dibuat masing-masing untuk tahun 2020 sampai 2040, skenario bahaya dengan frekuensi kejadian tertinggi sebesar 33,33% yaitu skenario 1 (SLR+MHWL/HHWL+variasi MSL+LS) menghasilkan tinggi rendaman sekitar 184,9-342,3 cm di atas MSL sedangkan tinggi rendaman paling ekstrim diperoleh dari skenario 15 (SLR+MHWL/HHWL+variasi MSL+LS+B+MJO+LN) yang menghasilkan dengan tinggi rendaman mencapai 271,1-408.9 cm di atas MSL dengan frekuensi kejadian sebesar 3,57%.