Penilaian status gizi perlu dilakukan demi pengembangan rencana terapi yang komprehensif,
terutama bagi populasi lansia yang menderita hipertensi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan
untuk mengamati dan mengevaluasi keterkaitan antara status gizi dengan hasil terapi dan
mendeteksi kemungkinan reaksi obat merugikan (ROM) pada pasien lansia hipertensi yang
menggunakan obat golongan pemblok kanal kalsium atau calcium channel blockers (CCB).
Penelitian ini merupakan studi deskriptif-observasional yang dilakukan secara retrospektif dan
konkuren di Puskesmas Puter dan Ibrahim Adjie, Bandung. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rekam medis dan hasil wawancara pasien. Hubungan antara status gizi dan
hasil terapi pada penggunaan CCB diuji dengan metode analisis statistik independent t-student.
Selain itu, kemungkinan kejadian ROM dianalisis secara deskriptif. Penyebaran brosur dan
penyuluhan juga dilakukan sebagai upaya edukasi dan pemberian informasi pada pasien.
Diperoleh 257 total sampel selama periode penelitian yang didominasi oleh pasien lansia wanita
(69,65%), terdiagnosis hipertensi tahap 2 (39,69%) dan mialgia (31,52%) sebagai komorbid
terbesar. Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (P<0,05) antara kelompok pasien
berstatus gizi normal, kelompok berisiko malnutrisi dan malnutrisi dengan penurunan tekanan
darah sistolik. Rataan penurunan sistolik dan diastolik pada kelompok gizi berisiko malnutrisi dan
malnutrisi lebih besar dibandingkan kelompok normal, diduga mengarah kepada terjadinya
kondisi toksisitas obat. Dugaan ROM golongan CCB lebih tinggi pada kelompok gizi berisiko
malnutrisi dan malnutrisi, dengan keluhan pusing (46,69%) sebagai jenis kejadian ROM terbanyak.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diperlukan pemantauan terhadap penggunaan
obat golongan pemblok kanal kalsium, khususnya pada pasien yang memiliki status gizi berisiko
malnutrisi ataupun malnutrisi.