Layanan transportasi merupakan hal penting yang harus ada untuk menunjang
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, terkadang masih terdapat blank spot sehingga
ada lokasi yang tidak dapat terpenuhi permintaan pergerakannya oleh layanan
transportasi yang ada. Kurangnya layanan transportasi dapat memicu munculnya
kalangan transport disadvantage (TDA) yang rentan terhadap eksklusi sosial, yaitu
kondisi dimana suatu kelompok atau individu tidak mempunyai akses terhadap
kesempatan berkegiatan yang dianggap normal oleh masyarakat umumnya.
Fenomena eksklusi sosial yang berhubungan dengan transportasi ini juga terjadi di
Indonesia. Untuk mengatasinya, diperlukan pemahaman bagaimana aspek-aspek
TDA berhubungan dengan eksklusi sosial. Hingga saat ini studi terpublikasi yang
membahas fenomena eksklusi sosial terkait transportasi baru sebatas dilakukan
dalam konteks perkotaan dan kota, belum terdapat penelitian pada konteks
perdesaan. Padahal, penelitian ekslusi sosial dalam konteks perdesaan sangat
penting dilakukan mengingat adanya perbedaan karakteristik masyarakat serta
perilaku pergerakan masyarakat perdesaan dan perkotaan, sehingga eksklusi sosial
lebih mungkin untuk terjadi pada wilayah perdesaan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh masing-masing variabel TDA terhadap
eksklusi sosial pada konteks perdesaan dengan studi kasus Dusun Cibeureum
(Kabupaten Bandung Barat) dan Dusun Bunikasih (Kabupaten Subang). Dalam
penelitian ini dijabarkan mengenai aksesibilitas dan karakteristik wilayah studi.
Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel TDA terhadap
eksklusi sosial adalah Partial Least Squares (PLS) Structural Equation Modeling
(SEM). Model PLS-SEM dikembangkan dengan mencakup variabel eksklusi sosial
serta empat variabel TDA yaitu aksesibilitas, karakteristik individu, keberadaan
kendaraan pribadi, serta perilaku pergerakan. Temuan studi menyatakan bahwa
pada kedua wilayah studi, kegiatan yang paling tereksklusi adalah kegiatan politik
dan berbelanja. Dari empat variabel TDA, variabel aksesibilitas merupakan yang
paling tinggi pengaruhnya terhadap eksklusi sosial sehingga untuk mengurangi
eksklusi sosial maka intervensi paling tepat dilakukan pada tingkat aksesibilitas
wilayah studi. Lebih spesifiknya, pada kedua wilayah studi diperlukan adanya
alternatif moda pergerakan, dan khususnya pada Dusun Bunikasih diperlukan
perhatian terhadap biaya perjalanan.