digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Ivana Anggraeni Pribadi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Ivana Anggraeni Pribadi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Ivana Anggraeni Pribadi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Ivana Anggraeni Pribadi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Ivana Anggraeni Pribadi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Ivana Anggraeni Pribadi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Ivana Anggraeni Pribadi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Ivana Anggraeni Pribadi
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Ivana Anggraeni Pribadi
PUBLIC Alice Diniarti

Peran pendidikan sains dan teknologi secara informal salah satunya dipegang oleh pusat peraga sains dan teknologi atau science center. Namun, science center di Indonesia masih memiliki kekurangan dari segi pengalaman pengunjung, dimana pengunjung hanya disebar dalam sebuah ruang peraga tanpa adanya upaya desain yang membantu pengunjung untuk memahami sains dan teknologi secara jelas dan interaktif. Untuk merancang science center yang mendukung pengalaman pengunjung, dibutuhkan pendekatan dari segi psikologi lingkungan yang mencakup teori restorasi dan teori preferensi oleh Kaplan. Teori restorasi memberikan kriteria desain yang memudahkan pengunjung untuk fokus terhadap peraga yang ditampilkan. Hal ini memastikan ilmu yang dimaksud dapat tertangkap dengan baik oleh pengunjung. Sementara, teori preferensi memberikan kriteria desain yang mempengaruhi persepsi pengunjung. Hal ini memberikan variasi suasana dan kesan bagi pengunjung. Tentu saja, teori ini dilengkapi dengan sub-teori lainnya seperti psikologi warna, pencahayaan, dan sirkulasi. Dari teori-teori tersebut, didapatkan konsep desain science center yang mendukung pengalaman pengunjung. Perhatian terhadap sekuens, perencanaan eksibisi, penentuan suasana ruang, serta kesan bangunan sangat dipertimbangkan dalam rancangan. Dengan mengikuti konsep tersebut, desain mampu memperkaya pengalaman pengunjung dan menghindari kemonotonan. Penemuan ini pun membuka peluang aplikasi baru dari teori restorasi dan preferensi untuk tidak hanya berkembang dalam desain penyembuhan atau healing architecture saja, tapi juga untuk desain yang membutuhkan elemen interaktif seperti science center maupun bangunan eksibisi lainnya.