COVER Naufan Yuqa Satrio
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Naufan Yuqa Satrio
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Naufan Yuqa Satrio
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Naufan Yuqa Satrio
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Naufan Yuqa Satrio
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Naufan Yuqa Satrio
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Naufan Yuqa Satrio
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Naufan Yuqa Satrio
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Minyak nabati murni merupakan salah satu alternatif bahan bakar diesel yang
digunakan untuk pembangkit listrik. Ketersediaan tanaman produsen minyak nabati
murni yang melimpah seperti kelapa dan kelapa sawit diharapkan dapat menjadi solusi
kemandirian energi pada pulau-pulau terpencil di Indonesia. Namun penggunaan PCO
dan PPaO masih terhambat pada viskositasnya yang tinggi sehingga atomisasi pada
injeksi bahan bakar masih buruk. Oleh karena itu diperlukan modifikasi pada motor
diesel berupa preheater.
Perancangan preheater memanfaatkan panas dari gas buang untuk
memanaskan minyak nabati murni sebelum memasuki injektor. Preheater ini
menggunakan prinsip penukar kalor koil heliks. Pengujian dilakukan dengan mengukur
laju konsumsi bahan bakar dan temperatur yang memasuki dan keluar dari preheater
baik minyak dan gas buang. Parameter prestasi yang akan diamati dari preheater adalah
efektivitas (?) penukar kalor dan temperatur permukaan dalam koil (Ts). Selain itu
parameter prestasi akan dibandingkan dengan cara uji ketahanan selama 32 jam.
Berdasarkan hasil pengujian, preheater yang digunakan untuk memanaskan
PCO memiliki efektivitas sebesar 63,54% dan untuk memanaskan PPaO efektivitas
preheater sebesar 65,98%. Preheater mengalami penurunan efektivitas rata-rata
sebesar 3,38% dan temperatur permukaan dalam koil rata-rata sebesar 6,18oC untuk
memanaskan PCO. Sedangkan preheater yang digunakan untuk memanaskan PPaO
mengalami penurunan efektivitas sebesar 7,85% dan temperatur permukaan dalam koil
rata-rata sebesar 5,81oC setelah dilakukan uji ketahanan selama 32 jam.