Banyak pilihan obat untuk terapi glaukoma yang dapat memberikan efektivitas terapi berbedabeda. Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung sudah memiliki clinical pathway sebagai standar terapi
pengobatan glaukoma namun pengkajian efektivitas-biaya obat yang digunakan belum dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas-biaya obat glaukoma secara retrospektif
dan mengetahui gambaran kualitas hidup pasien glaukoma serta hubungannya dengan efektivitas
dan biaya secara konkuren. Analisis efektivitas-biaya dilakukan pada Januari-Maret 2016 dengan
jumlah sampel 315 pasien, menggunakan metode Average Cost Effectiveness Ratio (ACER).
Analisis kualitas hidup pasien glaukoma dilakukan dengan penyebaran kuesioner The Glaucoma
Quality of Life 15 (GQL-15) dan EuroQol Five Dimension (EQ5D) pada Maret-April 2017 dengan
jumlah sampel 100 pasien. Terapi yang paling cost-effectiveness adalah betaksolol dengan cost
per penurunan TIO (Tekanan Intra Okular) 1 mmHg sebesar Rp22.100 dengan efektivitas 86,95%.
Terapi yang menghasilkan efektivitas 100% yaitu brinzolamide dengan cost per penurunan TIO 1
mmHg adalah Rp197.300. Adanya hasil yang tidak sejalan antara cost per penurunan TIO dengan
efektivitas terapi disebabkan jumlah resep yang tidak seimbang untuk tiap obat. Untuk penelitian
kualitas hidup, berdasarkan kuesioner EQ5D peningkatan kualitas hidup pasien berbanding lurus
dengan peningkatan efektivitas terapi tetapi hal tersebut tidak ditunjukkan pada hasil kuesioner
GQL-15. Sedangkan hubungan antara kualitas hidup dengan cost dari kedua kuesioner
menunjukkan bahwa peningkatan kualitas hidup pasien tidak berbanding lurus dengan
peningkatan cost terapi yang harus dikeluarkan. Hal ini disebabkan kurangnya sampel yang
diteliti. Secara umum kuesioner EQ 5D dan GQL-15 dapat digunakan untuk analisis kualitas hidup
pasien glaukoma di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.