Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi
bakteri. Antibiotik untuk terapi dapat bersifat empiris, yaitu pada kasus yang bakteri penyebab
infeksi belum diketahui, atau bersifat definitif, yaitu pada kasus yang bakteri penyebab infeksi dan
pola resistensinya diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik
empiris dan definitif berdasarkan indikasi, perbaikan jumlah leukosit, sensitivitas antibiotik, dosis,
dan lama penggunaan, serta mengidentifikasi pengaruh penggunaan antibiotik empiris dan
definitif terhadap hasil terapi pasien bedah di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin periode
Januari-Juni 2018. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, potong lintang dan non
parametrik secara restrospektif dari rekam medik dengan cara purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik empiris sebanyak 93,10% dan antibiotik yang
paling sering digunakan adalah seftriakson rute intravena (60,80%). Dari 43 hasil pemeriksaan
kultur bakteri, 62,79% bersifat sensitif dan 37,21% bersifat resisten terhadap antibiotik, dengan
seluruh bakteri sensitif terhadap amikasin dan siprofloksasin, dan seluruh bakteri resisten
terhadap ampisilin-sulbaktam. Berdasarkan indikasi dan perbaikan jumlah leukosit, terdapat
27,51% penggunaan antibiotik empiris yang tidak tepat, dan berdasarkan sensitivitas antibiotik,
terdapat 41,94% penggunaan antibiotik definitif yang tidak tepat. Ketidaktepatan dosis antibiotik
terjadi karena subdosis (4,23%), dan ketidaktepatan lama penggunaan pada antibiotik empiris
adalah 2,66% sedangkan pada antibiotik definitif adalah 45,16%. Secara statistik, tidak ada
pengaruh antara penggunaan antibiotik empiris dan definitif (p = 0,718) terhadap hasil terapi
pasien bedah.