digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Meita Nurgraini Fauziyyah
PUBLIC yana mulyana

Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi bakteri. Antibiotik untuk terapi dapat bersifat empiris, yaitu pada kasus yang bakteri penyebab infeksi belum diketahui, atau bersifat definitif, yaitu pada kasus yang bakteri penyebab infeksi dan pola resistensinya diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik empiris dan definitif berdasarkan indikasi, perbaikan jumlah leukosit, sensitivitas antibiotik, dosis, dan lama penggunaan, serta mengidentifikasi pengaruh penggunaan antibiotik empiris dan definitif terhadap hasil terapi pasien bedah di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin periode Januari-Juni 2018. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, potong lintang dan non parametrik secara restrospektif dari rekam medik dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik empiris sebanyak 93,10% dan antibiotik yang paling sering digunakan adalah seftriakson rute intravena (60,80%). Dari 43 hasil pemeriksaan kultur bakteri, 62,79% bersifat sensitif dan 37,21% bersifat resisten terhadap antibiotik, dengan seluruh bakteri sensitif terhadap amikasin dan siprofloksasin, dan seluruh bakteri resisten terhadap ampisilin-sulbaktam. Berdasarkan indikasi dan perbaikan jumlah leukosit, terdapat 27,51% penggunaan antibiotik empiris yang tidak tepat, dan berdasarkan sensitivitas antibiotik, terdapat 41,94% penggunaan antibiotik definitif yang tidak tepat. Ketidaktepatan dosis antibiotik terjadi karena subdosis (4,23%), dan ketidaktepatan lama penggunaan pada antibiotik empiris adalah 2,66% sedangkan pada antibiotik definitif adalah 45,16%. Secara statistik, tidak ada pengaruh antara penggunaan antibiotik empiris dan definitif (p = 0,718) terhadap hasil terapi pasien bedah.