Indonesia membutuhkan geoid teliti sebagai referensi pengukuran vertikal. Geoid
dibangun atas nilai undulasi geoid dari ellipsoid referensi. Perhitungan nilai
undulasi ini menggunakan prinsip dasar formulasi Stokes yang membutuhkan data
gayaberat di permukaan geoid. Data gayaberat yang dibutuhkan harus mempunyai
kualitas yang baik, yaitu yang mempunyai akurasi dan resolusi yang tinggi.
Airborne gravimetry dapat menghasilkan data yang mempunyai kerapatan tinggi.
Namun, akuisisi yang dilakukan di udara, tidak menempel pada objek menjadi
permasalahan dalam penelitian ini. Sehingga diperlukan metode untuk menurunkan
data ke permukaan referensi yang disebut downward continuation. Dalam
penelitian ini, dilakukan kontrol kualitas data gayaberat pada sebelum dan sesudah
proses downward dengan menggunakan metode fast-fourier transform. Metode ini
melakukan downward continuation di domain frekuensi dari data dari satu
permukaan planar yaitu ketinggian terbang rata-rata ke permukaan referensi yaitu
ellipsoid WGS1984. Dari hasil uji kualitas sebelum DWC didapatkan nilai sampel
cross-over di rentang 0-15 mgal. Digunakan dua metode DWC yaitu dengan
langkah RCR dan non-RCR. RCR merupakan metode yang melibatkan proses
menghilangkan kontribusi global dan medan sebelum DWC, dan ditambahkan
kembali setelah DWC. Antara metode RCR dengan non-RCR menghasilkan hasil
yang sama baik konten spektralnya maupun pola secara spasial. Sehingga untuk
pengolahan data gangguan gayaberat di wilayah Kalimantan efek metode RCR
tidak dominan pada hasil DWC. Setelah dibandingkan dengan hasil dari referensi
lain yaitu BIG dan EGM2008, perbedaan bervariasi. Ketiga hasil mempunyai
perbedaan yang besar dengan nilai EGM2008. Pada pengujian kualitas data
sebelum dan sesudah DWC semua data menunjukkan hasil peningkatan power data
di domain frekuensi. Hal ini menunjukkan bahwa proses DWC menghasilkan data
dengan sinyal yang lebih kuat