Penelitian yang mengkaji tentang cahaya biru di negara tropis hanya terbatas pada aktivitas malam hari yang mana terjadi peningkatan rasa kantuk. Beberapa penelitian cahaya biru di negara non tropis juga dilakukan di pagi dan siang hari yang memberikan hasil signifikan terhadap peningkatan kewaspadaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu, durasi, dan persepsi positif terhadap efektivitas cahaya biru dalam meningkatkan kewaspadaan.
Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan within-subject design. Dua puluh partisipan berpartisipasi dalam eksperimen yang berupa aktivitas membaca dengan variabel independen yaitu kondisi pencahayaan (cahaya putih dan cahaya biru), durasi paparan (30 menit dan 60 menit), dan waktu paparan (pagi, siang, dan malam), serta variabel dependen yaitu aktivitas gelombang otak. Persepsi penggunaan cahaya biru diukur pada akhir keseluruhan eksperimen dengan menggunakan kuesioner yang mengukur perceived of usefulness, perceived of comfort, relax and pleasant, dan intention to use.
Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi yang signifikan antara kondisi pencahayaan, durasi dan waktu paparan terhadap gelombang alpha (F = 4,569; p < 0,05). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa 60 menit paparan cahaya biru secara signifikan menurunkan aktivitas alpha dibandingkan dengan 30 menit paparan cahaya biru di malam hari. Tujuh puluh persen dari peserta berpersepsi bahwa cahaya biru bermanfaat, memberikan kenyamanan, membuat tenang dan nyaman, serta menunjukkan kewaspadaan yang lebih tinggi daripada 30% dari mereka. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu cahaya biru lebih efektif dalam meningkatkan kewaspadaan ketika diberikan pada aktivitas malam hari dengan durasi yang panjang yaitu 1 jam serta cahaya biru dapat diterima oleh partisipan.