digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Asha Briyanti
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Asha Briyanti
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Asha Briyanti
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Asha Briyanti
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Asha Briyanti
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Asha Briyanti
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Dalam industri asuransi kesehatan, peraturan dan perundang-undangan berubah sangat cepat dan tak terduga. Selain itu, pemangku kepentingan menuntut kinerja dan transparansi yang tinggi. Untuk meningkatkan kinerja organisasi, BPJS Kesehatan menerapkan sistem Tata Kelola, Risiko dan Kepatuhan. Implementasi Tata Kelola, Risiko dan Kepatuhan di BPJS Kesehatan berada di bawah empat Kedeputian yang berbeda, Tata Kelola di bawah Sekretaris Utama, Bisnis Proses berada di bawah Deputi Manajemen Perubahan dan Revolusi Mental; Manajemen Risiko beroperasi di bawah Deputi Aktuaria dan Manajemen Risiko dan Kepatuhan itu sendiri berjalan di bawah Kedeputian Bidang Pengawasan Internal. Salah satu cara untuk meningkatkan implementasi GRC adalah dengan menerapkan GRC terintegrasi. Implementasi sistem GRC terintegrasi menemukan banyak tantangan di BPJS Kesehatan. Tugas akhir ini menganalisis aspek People, Proses, Teknologi dan Strategi dalam Implementasi GRC dan pengaruhnya terhadap Kinerja Organisasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam tugas akhir ini menggunakan metode campuran yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Untuk metode kuantitatif, pengumpulan data dilakukan dengan teknik sampling non-probabilitas dengan sampel adalah pemegang jabatan struktural di BPJS Kesehatan. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling dan pengujian hipotesis menggunakan Partial Least Square, ditemukan bahwa People, Strategi, dan Proses memiliki dampak positif dan signifikan terhadap Implementasi GRC di BPJS Kesehatan, sedangkan teknologi memiliki dampak positif tetapi tidak signifikan. Juga ditemukan bahwa implementasi GRC memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Untuk metode pengumpulan data kualitatif menggunakan wawancara untuk menemukan kesenjangan antara kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan. Ditemukan bahwa kesenjangan terjadi antara lain peran dan tanggung jawab yang tersebar, struktur kepatuhan belum tersedia, tidak ada koordinator untuk memimpin tim, kepemilikan tugas yang tidak jelas, kerangka kerja yang belum terdefinisi dan sistem informasi yang berbeda untuk setiap fungsi. Kesenjangan lainnya adalah belum optimalnya sosialisasi dan pelatihan dan kurangnya budaya sadar risiko dalam organisasi. Untuk menutup kesenjangan dan mencapai kondisi yang diharapkan, perbaikan perlu dilakukan antara lain melakukan self-asessment GRC, menetapkan kerangka kerja yang jelas, pembentukan Tim GRC, memperjelas peran dan tanggung jawab dan pemenuhan fungsi kepatuhan. Untuk membuat sistem ini dapat diimplementasikan dengan baik dan memiliki efek signifikan pada organisasi, pendidikan dan pelatihan yang efektif perlu dikembangkan dan program untuk membangun budaya sadar risiko sangat diperlukan untuk membantu meningkatkan budaya sadar risiko dan kepatuhan dalam kegiatan sehari-hari di organisasi.