Keperihatinan seorang warga desa Sekarputih bernama Mbah Sukodok, atas
berkurangnya lahan hutan sekitar desa yang pohonnya diambil secara berlebihan dan
tidak bertanggung jawab. Hal ini mengakibatkan desa Sekarputih mengalami
kekeringan berkepanjangan, sumur-sumur menjadi kering, sawah tidak bisa diairi.
Dalam upaya mengembalikan hutan seperti sediakala, Mbah Sukodok menciptakan
dongeng “Peri Setyowati”. Dongeng menyebar dari mulut kemulut tanpa adanya
visualisasi, dongeng memiliki unsur kiasan dan pesan melindungi hutan. Dongeng
merupakan salah satu metode pembelajaran bagi anak yang dianggap sangat efektif,
maka pesan menjaga hutan yang terdapat dalam dongeng Peri Setyowati ini harus
tersampaikan kepada anak-anak, karena mereka generasi penerus dalam menjaga desa
mereka sendiri. Penelitian ini mencaritahu apakah anak-anak mengerti dan memahami
dongeng tersebut, dengan mengunakan pengambilan data berupa gambar cerita anak.
Dalam penelitian ini menemukan dua tipe gambar dan empat unsur gambar yang
menjadi ukuran dalam memahami cerita. Ditemukan pemahaman setiap anak berbedabeda
namun dapat disimpulkan semua anak memahami cerita dongeng dengan versi
masing-masing.