Semakin tinggi kebutuhan manusia akan transportasi udara menyebabkan ketergantungan yang tinggi pula terhadap bahan bakar avtur. Penggunaan avtur yang masih berbasis fosil menimbulkan berbagai permasalahan terutama dari segi lingkungan yang saat ini sudah menjadi perhatian masyarakat dunia. Oleh karena itu, solusi alternatif dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya adalah bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa yang sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia.
Avtur nabati ini diproduksi dengan proses HEFA, dimana proses hidrogenasi dan hidrodeoksigenisasi dilakukan untuk menghasilkan rantai karbon jenuh dan menghilangkan kandungan oksigen agar sifatnya sama dengan avtur konvensional. Penggunaan kelapa sebagai bahan baku avtur nabati menghilangkan kebutuhan proses hydrocracking, dan proses isomerisasi diberikan untuk menurunkan titik bekunya. Avtur nabati akan dicampur dengan Jet A-1 dengan konsentrasi avtur nabati 5% dan 10%. Bahan bakar tersebut diuji pada turbin gas tipe Rover 1s/60 pada delapan kondisi berbeda.
Hasil uji prestasi dan emisi campuran avtur nabati menunjukkan hasil yang lebih baik meskipun perbedaannya tidak terlalu besar untuk prestasi namun cukup signifikan untuk emisi, dimana efisiensi termalnya lebih tinggi 0.63%, konsumsi bahan bakar spesifik yang lebih rendah 0.79%, serta emisi CO, UHC, NOx, dan opasitas asap yang lebih rendah 15,08%, 10,39%, 22,22%, dan 41,74% untuk konsentrasi campuran 10% jika dibandingkan dengan bahan bakar Jet A-1.