ABSTRAK Ardhito Daniswara
PUBLIC 
COVER Ardhito Daniswara
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Ardhito Daniswara
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Ardhito Daniswara
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Ardhito Daniswara
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Ardhito Daniswara
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ardhito Daniswara
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Ardhito Daniswara
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan
Airtanah merupakan kebutuhan utama masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Airtanah adalah salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi hal ini
tidak berarti airtanah dapat dieksploitasi tanpa batas. Beberapa faktor yang
mempengaruhi ketersediaan airtanah yang berasal dari alam seperti kondisi geologi,
curah hujan, dan lahan hijau harus dipertimbangkan. Air yang terdapat di dalam
tanah terkandung pada lapisan yang berpori dan memiliki permeabilitas yang baik
disebut akuifer. Daerah Cisarua terletak di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
merupakan daerah perbukitan yang memiliki topografi dengan lereng yang landai
hingga curam. Tata guna lahan pada daerah ini masih didominasi area perkebunan
atau hutan sebagai kawasan hijau. Identifikasi akuifer pada daerah tersebut perlu
dilakukan penelitian untuk kebutuhan masyarakat dan bisnis agrikultur. Pada
penelitian ini, penulis menggunakan teknik pemodelan inversi data geolistrik untuk
mencitrakan kondisi bawah permukaan. Data hasil pengukuran geolistrik metode
wenner-schlumberger berupa tahanan jenis semu kemudian dilakukan pemodelan
inversi dengan metode least square inversion. Model awal dimodifikasi secara
iteratif sehingga jumlah kesalahan kuadrat (sum of square error) dari perbedaan
antara respons model (model response) dan nilai data yang diamati diminimalkan.
Dari hasil pemodelan, daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu zone
of aeration, zone of saturation, dan endapan formasi. Keberadaan akuifer di daerah
Cisarua berada di kedalaman dengan nilai resistivitas dengan membandingkan
dengan data dan referensi geologi di daerah penelitian. Zone of aeration berada di
kedalaman 0-25 m dari permukaan dengan rentang resistivitas 20-100 Ohm.m dan
diduga litologinya berupa kerikil atau tanah hasil pelapukan. Zone of Saturation
(akuifer) berada di kedalaman 25-60 m dari permukaan dengan rentang resistivitas
4-30 Ohm.m dan diduga litologinya berupa lempung atau pasir. Endapan Formasi
Cibereum berada di kedalaman lebih dari 60 m dari permukaan dengan rentang
resistivitas lebih dari 100 Ohm.m dan diduga litologinya berupa pasir tufaan atau
breksi kering.