Lokasi penelitian terletak pada daerah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Timur. Secara geologi daerah penelitian termasuk dalam Cekungan Kutai Bawah.
Penelitian ini menggunakan dua sampel serpih Formasi Balikpapan, empat sampel serpih
Formasi Pulaubalang, dan sepuluh sampel serpih Formasi Pamaluan untuk analisis
geokimia organik, tujuh sampel untuk analisis X-Ray Diffraction (XRD), lima sampel
untuk analisis SEM, dan sembilan sampel untuk analisis petrografi organik. Analisis
geokimia dilakukan untuk mengetahui kuantitas, kualitas, dan kematangan batuan induk.
Analisis XRD dan SEM dilakukan untuk menentukan nilai Brittleness Index (BI). Analisis
petrografi organik dilakukan untuk mengetahui lingkungan pengendapan. Hasil analisis
geokimia menunjukkan Formasi Balikpapan memiliki TOC 5,98 – 7,88%; kerogen tipe III;
dan belum matang. Formasi Pulaubalang memiliki TOC 2,61 – 25,57%; kerogen tipe III;
belum matang. Formasi Pamaluan memiliki kadar TOC 0,91 – 7,77%; kerogen tipe III;
lewat matang (30%). Nilai BI Formasi Balikpapan 51,76 – 64,99%; Formasi Pulaubalang
49,2%; dan Formasi Pamaluan 47,9 – 82,02%. Nilai BI yang semakin tinggi menunjukkan
kecenderungan batuan untuk dilakukan perekahan (fracturing) akan semakin tinggi.
Lingkungan pengendapan di daerah penelitian menunjukkan lingkungan transisi - laut.
Berdasarkan tipe maseral, dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan di daerah
penelitian adalah upper delta plain. Berdasarkan nilai perbandingan karakteristik geologi
serpih gas di Amerika Utara dan Tiongkok, sampel Formasi Balikpapan dan Formasi
Pulaubalang pada daerah penelitian tidak layak dijadikan batuan induk serpih gas karena
kurangnya faktor kematangan. Sementara Formasi Pamaluan layak untuk dijadikan batuan
induk untuk serpih gas nonkonvensional.